Jati (tanduran): Béda antara owahan
Konten dihapus Konten ditambahkan
c éjaan, replaced: yaiku → ya iku (2), Kabupaten → Kabupatèn, desa → désa (4), Desa → Désa using AWB |
c éjaan using AWB |
||
Larik 18:
'''Jati''' iku sajinis [[wit]] pengasil [[kayu]] sing mutuné dhuwur. Wité gedhé lan kenceng, bisa tuwuh nganti 30-40 [[meter|m]]. Godhongé amba lan luruh ing mangsa ketiga.
Jati dikenal ing donya kanthi jeneng ''teak'' ([[basa Inggris]]). Jeneng iki asal saka tembung ''thekku'' (തേക്ക്) jroning [[basa Malayalam]], basa ing
<!--
== Habitus ==
Pohon besar dengan batang yang bulat lurus, tinggi total mencapai 40 m. Batang bebas cabang (''clear bole'') dapat mencapai 18-20 m. Pada hutan-hutan alam yang tidak terkelola ada pula individu jati yang berbatang bengkok-bengkok. Sementara varian jati ''blimbing'' memiliki batang yang berlekuk atau beralur dalam; dan jati ''pring'' ([[
Pohon jati (Tectona grandis sp.) dapat tumbuh meraksasa selama ratusan tahun dengan ketinggian 40-45 meter dan diameter 1,8-2,4 meter. Namun, pohon jati rata-rata mencapai ketinggian 9-11 meter, dengan diameter 0,9-1,5 meter.
Larik 41:
Sekitar 70% kebutuhan jati dunia pada saat ini dipasok oleh Burma. Sisa kebutuhan itu dipasok oleh India, Thailand, Jawa, Srilangka, dan Vietnam. Namun, pasokan dunia dari hutan jati alami satu-satunya berasal dari Burma. Lainnya berasal dari hasil hutan tanaman jati.
Jati paling banyak tersebar di Asia. Selain di keempat
Iklim yang cocok adalah yang memiliki musim kering yang nyata, namun tidak terlalu panjang, dengan [[curah hujan]] antara 1200-3000 mm pertahun dan dengan intensitas cahaya yang cukup tinggi sepanjang tahun. Ketinggian tempat yang optimal adalah antara 0 – 700 m dpl; meski jati bisa tumbuh hingga 1300 m dpl.
Tegakan jati sering terlihat seperti hutan
Ini dapat terjadi di daerah beriklim muson yang begitu kering, kebakaran lahan mudah terjadi dan sebagian besar
Guguran daun lebar dan rerantingan jati yang menutupi tanah melapuk secara lambat, sehingga menyulitkan tumbuhan lain berkembang. Guguran itu juga mendapat bahan bakar yang dapat memicu kebakaran —yang dapat dilalui oleh jati tetapi tidak oleh banyak
Tanah yang sesuai adalah yang agak [[basa]], dengan pH antara 6-8, sarang (memiliki [[aerasi]] yang baik), mengandung cukup banyak kapur (Ca, ''calcium'') dan fosfor (P). Jati tidak tahan tergenang air.
Pada masa lalu, jati sempat dianggap sebagai
Karena nilai kayunya, jati kini juga dikembangkan di luar daerah penyebaran alaminya. Di [[Afrika]] tropis, [[Amerika]] tengah, [[Australia]], [[New Zealand]], [[Pasifik]] dan [[Taiwan]].
Larik 60:
Di [[Indonesia]] sendiri, selain di Jawa dan [[Muna]], jati juga dikembangkan di [[Bali]] dan [[Nusa Tenggara]].
Dalam beberapa tahun terakhir, ada upaya untuk mengembangkan jati di Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan. Hasilnya kurang menggembirakan. Jati mati setelah berusia dua atau tiga tahun. Masalahnya, tanah di kedua tempat ini sangat asam. Jati sendiri adalah
Sekarang, di luar Jawa, kita dapat menemukan hutan jati secara terbatas di beberapa tempat di Pulau Sulawesi, Pulau Muna, daerah Bima di Pulau Sumbawa, dan Pulau Buru. Jati berkembang juga di daerah Lampung di Pulau Sumatera.
Larik 73:
Walaupun menyebar luas di Pulau Jawa dan Kepulauan Sunda Kecil, mayoritas ahli sepakat bahwa jati bukan tumbuhan asli di Indonesia. Ada beberapa dugaan tentang asal mula budidaya jati di Indonesia. Raffles menunjukkan bahwa, pada abad ke-15 dan ke-16, hutan jati yang terdekat dengan Jawa dan Kepulauan Sunda Kecil berada di Siam dan Pegu. Kedua negeri itu tercatat pernah mengekspor barang ke Jawa melalui kapal-kapal besar. Ia lantas menduga bahwa orang laut dulu mengimpor jati, entah dari Pegu, entah dari Malabar.
Oleh karena jarak antarpohon cenderung beraturan, Altma (1922) memperkirakan bahwa hutan jati di Jawa mungkin merupakan hasil penanaman di akhir era Hindu (abad ke-14 hingga ke-16). Ia menduga jika penguasa Jawa masa itu telah menganggap jati sebagai suatu pohon suci. Mereka lantas mengimpor
Jati memang banyak ditemukan di sekitar candi-candi untuk menghormati Dewa Syiwa. Namun, Simatupang (2000) melihat jika jati telah menyebar jauh lebih luas. Ia menduga penyebaran yang lebih luas ini berkat keterlibatan para petani sekitar candi. Para petani itu sudah melihat kegunaan jati dan budidayanya yang mudah.
Larik 79:
'''Daerah sebaran hutan jati di Jawa'''
Sedini 1927, hutan jati tercatat menyebar di
Di kedua provinsi ini, hutan jati sering terbentuk secara alami akibat iklim muson yang menimbulkan kebakaran hutan secara berkala. Hutan jati yang cukup luas di Jawa terpusat di daerah alas roban Rembang, Blora, Groboragan, dan Pati. Bahkan, jati jawa dengan mutu terbaik dihasilkan di daerah tanah perkapuran Cepu, Kabupatèn Blora, Jawa Tengah.
Saat ini, sebagian besar lahan hutan jati di Jawa dikelola oleh Perhutani, sebuah perusahaan umum milik
'''Fungsi ekonomis lain dari hutan jati jawa'''
Larik 94:
Makanan pengganti nasi yang tumbuh di hutan jati misalnya adalah [[gadung]] (''Dioscorea hispida'') dan [[uwi]] (''Dioscorea alata''). Bahkan, masyarakat désa hutan jati juga memanfaatkan [[iles-iles]] (''Ammorphophallus'') pada saat [[paceklik]]. Tumbuhan obat-obatan tradisional seperti [[kencur]] (''Alpina longa''), [[kunyit]] (''Curcuma domestica''), [[jahe]] (''Zingiber officinale''), dan [[temu lawak]] (''Curcuma longa'') tumbuh di kawasan hutan ini.
Pohon jati juga menghasilkan bergugus-gugus bunga keputihan yang merekah tak lama setelah fajar. Masa penyerbukan bunga jati yang terbaik terjadi di sekitar tengah hati —setiap bunga hidup hanya sepanjang satu hari. Penyerbukan bunga dilakukan oleh banyak serangga, tetapi terutama oleh
Masyarakat désa hutan jati di Jawa juga biasa memelihara ternak seperti kerbau, sapi, dan kambing.
'''Fungsi non-ekonomis hutan jati jawa'''
Larik 114:
Untunglah, hutan jati berkembang dengan sejumlah tanaman yang lebih beragam. Di dalam hutan jati, kita dapat menemukan bungur (Lagerstroemia speciosa), dlingsem (Homalium tomentosum), dluwak (Grewia paniculata), katamaka (Kleinhovia hospita), kemloko (Phyllanthus emblica), kepuh (Sterculia foetida), kesambi (Schleichera oleosa), laban (Vitex pubscens), ploso (Butea monosperma), serut (Streblus asper), trengguli (Cassia fistula), winong (Tetrameles nudflora), dan lain-lain. Lamtoro (Leucenia leucocephalla) dan akasia (Acacia villosa) pun ditanam sebagai tanaman sela untuk menahan erosi tanah dan menambah kesuburan tanah.
Daerah Gunung Kidul, Yogyakarta, yang gersang dan rusak parah sebelum 1978, ternyata berhasil diselamatkan dengan pola penanaman campuran jati dan
Penduduk setempat paling banyak memilih menanam jati di lahan mereka karena melihat nilai manfaatnya, cara tanamnya yang mudah, dan harga jual kayunya yang tinggi. Mereka mencampurkan penanaman jati di kebun dan pekarangan mereka dengan mahoni (Swietenia mahogany), akasia (Acacia villosa), dan sonokeling (Dalbergia latifolia).
Larik 124:
Yang mungkin paling menarik untuk dikunjungi adalah Monumen Gubug Payung di Cepu, Blora, Jawa Tengah. Tempat ini merupakan museum hidup dari pepohonan jati yang berusia lebih dari seabad, setinggi rata-rata di atas 39 meter dan berdiameter rata-rata 89 sentimeter.
Kita dapat menikmati pemandangan hutan dari ketinggian dengan menumpang loko “Bahagia”. Di sini, kita juga dapat meninjau Arboretum Jati; hutan buatan dengan koleksi 32
-->
==
Kabèh, ana telu anggota genus ''Tectona''. Saliyané jati ''Tectona grandis'' sing diwedharaké ing dhuwur, loro liyané ya iku:
* Jati Dahat ('''Dahat Teak''', ''Tectona hamiltoniana''),
* Jati Filipina ('''Philippine Teak''', ''Tectona philippinensis''), jati endemik saka Filipina; uga kaancam punah.
Ing pihak lliya, ana uga
* Jati sabrang utawa [[sungkai]] (''Peronema canescens'')
|