Winston Churchill: Béda antara owahan

Konten dihapus Konten ditambahkan
Top4Bot (parembugan | pasumbang)
éjaan using AWB
Top4Bot (parembugan | pasumbang)
→‎Dinas Militèr: éjaan using AWB
Larik 81:
Secara resmi Churchill masih ditempatkan di India, tapi ia berhasil mendapat ijin cuti jangka panjang. Oleh karena itu, Churchill dapat meluangkan waktunya untuk berusaha agar dipilih sebagai prajurit yang akan dikirim untuk kembali menguasai Sudan, pasukan ini dipilih dan akan dipimpin oleh [[Horatio Kitchener]]. Kitchener sebenarnya tidak menginginkan Churchill sebagai pasukannya, akan tetapi Churchill meggunakan koneksinya sehingga Perdana Menteri [[Robert Arthur Talbot Gascoyne-Cecil]] mengirim telegram ke Kitchener. Pada akhirnya, Churchill berhasil mendapat posisi di 21st Lancers -- pasukan yang dipilih langsung oleh Departemen Peperangan (War Office), dan bukan Kitchener. Ia juga menjadi koresponden perang bagi surat kabar ''Morning Post'' dengan upah 15 poundsterling per artikel. Churchill ikut serta dalam serbuan kavaleri (cavalry charge) Inggris yang terakhir dalam pertempuran di Omdurman. Bulan Oktober 1898, Churchill telah kembali ke Inggris dan mulai menulis buku ''The River War'' yang diterbitkan dalam dua volume di tahun berikutnya.
 
Di tahun 1899 Churchill meninggalkan dinas militer dan memutuskan untuk menitis karir di parlemen. Ia menjadi kandidat bagi partaiparté konservatif di [[Oldham]] akan tetapi hanya bisa menduduki tempat ketiga dalam pemilihan tersebut, sementara Oldham pada waktu itu hanya mempunyai kuota untuk dua kursi.
 
Tanggal [[12 Oktober]] [[1899]], [[Perang Boer]] kedua dimulai di Afrika Selatan, yang melibatkan Britania dan [[Afrikaners]]. Churchill menjadi koresponden perang untuk ''Morning Post'' selama empat bulan dan mendapatkan upah 250 poundsterling per bulan. Setelah tiba di Afrika Selatan, ia ikut menumpang di kereta api yang digunakan oleh tentara Inggris dibawah pimpinan Aylmer Haldane. Kereta ini kemudian tergelincir keluar jalan rel karena serangan dari pasukan Boer yang menggunakan bahan peledak. Churchill, meskipun sudah menjadi rakyat sipil, memimpin pasukan untuk membersihkan jalan rel dari sisa-sisa ledakan sehingga lokomotif dan beberapa gerbong kereta api yang membawa korban luka dapat dievakuasi. Meskipun kereta api itu akhirnya dapat meloloskan diri, Churchill, beberapa perwira dan prajurit lain tertangkap dan menjadi tahanan perang di [[Pretoria]].