Gunung Krakatau: Béda antara owahan
Konten dihapus Konten ditambahkan
éjaan using AWB |
éjaan using AWB |
||
Larik 18:
Jeblugan Krakatau nyebabaké owah-owahan iklim global. Donya nganti peteng watara loro setengah dina akibat awu vulkanis kang nutupi [[atmosfer]]. Srengéngé suminar redhup nganti setaun lawasé. Hamburan awu katon ing [[Norwegia]] nganti [[New York]].
Jeblugan Krakatau iki sakbeneré isih kalah dibandhingaké karo jeblugan [[Gunung Toba]] lan [[Gunung Tambora]] ing [[Indonésia]], [[Gunung Tanpo]] ing [[Selandia Anyar]] lan [[Gunung Katmal]] ing [[Alaska]]. Nanging gunung-gunung kasebut njeblug nalika populasi manungsa isih sethithik banget. Sauntara iku nalika Gunung Krakatau njeblug, populasi manungsa wis cukup padhet, sains lan teknologi wis wiwit ngrembaka, [[telegraf]] wis ditemokaké, lan kabel ngisor segara wis dipasang. Kacathet jroning sajarah yén jeblugan Gunung Krakatau iku bencana gedhé pisanan ing donya sawiséh panemon telegraf ngisor segara. Kamajuan mau, émané durung diimbangi déning kamajuwan ing babagan [[
<!--
== Perkembangan Gunung Krakatau ==
Larik 28:
{{cquote|Ada suara guntur yang menggelegar berasal dari Gunung Batuwara. Ada pula goncangan bumi yang menakutkan, kegelapan total, petir dan kilat. Kemudian datanglah badai angin dan hujan yang mengerikan dan seluruh badai menggelapkan seluruh dunia. Sebuah banjir besar datang dari Gunung Batuwara dan mengalir ke timur menuju Gunung Kamula.... Ketika air menenggelamkannya, [[pulau Jawa]] terpisah menjadi dua, menciptakan [[pulau Sumatera]]}}
Pakar
Akibat ledakan yang hebat itu, tiga perempat tubuh Krakatau Purba hancur menyisakan kaldera (kawah besar) di Selat Sunda. Sisi-sisi atau tepi kawahnya dikenal sebagai [[Pulau Rakata]], [[Pulau Panjang]] dan [[Pulau Sertung]], dalam catatan lain disebut sebagai Pulau
Larik 47:
=== Letusan Gunung Krakatau ===
Pada hari Senin, 27 Agustus 1883, tepat jam 10.20, meledaklah gunung itu. Menurut Simon
Winchester, ahli
Menurut para peneliti di University of North Dakota, ledakan Krakatau bersama [[Tambora]]
Larik 77:
Mulai pada tahun 1927 atau kurang lebih 40 tahun setelah meletusnya Gunung Krakatau, muncul gunung api yang dikenal sebagai [[Anak Krakatau]] dari kawasan kaldera purba tersebut yang masih aktif dan tetap bertambah tingginya. Kecepatan pertumbuhan tingginya selitar 20 inci per bulan. Setiap tahun ia menjadi lebih tinggi sekitar 20 kaki dan lebih lebar 40 kaki. Catatan lain menyebutkan penambahan tinggi sekitar 4 cm per tahun dan jika dihitung, maka dalam waktu 25 tahun penambahan tinggi anak Rakata mencapai 7.500 inci atau 500 kaki lebih tinggi dari 25 tahun sebelumnya. Penyebab tingginya gunung itu disebabkan oleh material yang keluar dari perut gunung baru itu. Saat ini ketinggian Anak Krakatau mencapai sekitar 230 meter di atas permukaan laut, sementara Gunung Krakatau sebelumnya memiliki tinggi 813 meter dari permukaan laut.
Menurut Simon Winchester, sekalipun apa yang terjadi dalam kehidupan Krakatau yang dulu sangat menakutkan, realita-realita
Menurut Profesor [[Ueda Nakayama]] salah seorang ahli gunung api berkebangsaan [[Jepang]], Anak Krakatau masih relatif aman meski aktif dan sering ada letusan kecil, hanya ada saat-saat tertentu para turis dilarang mendekati kawasan ini karena bahaya lava pijar yang dimuntahkan gunung api ini. Para pakar lain menyatakan tidak ada teori yang masuk akal tentang Anak Krakatau yang akan kembali meletus. Kalaupun ada minimal 3 abad lagi atau sesudah 2325 M. Namun yang jelas, angka korban yang ditimbulkan lebih dahsyat dari letusan sebelumnya.
|