Praja Galuh: Béda antara owahan
Konten dihapus Konten ditambahkan
c Cahyo Ramadhani ngalihaké kaca Karajan Galuh nyang Praja Galuh: praja (Jawa) = kerajaan (Indonesia); krajan (Jawa) = pusat pemerintahan (Indonesia) |
éjaan, replaced: bangunan → yasan (4), bidang → babagan, sejarah → sajarah, Sejarah → Sajarah, ing antara → antarané |
||
Larik 1:
[[Gambar:Sunda-Galuh.gif|thumb|300px|[[Kali Citarum]] dadi wates antara Karajan Sunda lan Karajan Galuh.]]
'''Karajan Galuh''' iku karajan [[Sunda]] ing pulo Jawa, sing wewengkoné dumunung
<!--
Sejarah mengenai Kerajaan Galuh ada pada naskah kuno ''[[Carita Parahiyangan]]'', suatu [[naskah]] berbasa [[Sunda]] yang ditulis pada awal abad ke-16. Dalam naskah tersebut, ceritera mengenai Kerajaan Galuh dimulai waktu Rahiyangta ri Medangjati yang menjadi raja resi selama lima belas tahun. Selanjutnya, kekuasaan ini diwariskan kepada putranya di Galuh yaitu Sang Wretikandayun.
Larik 82:
Namun kini yang ada hanya tinggal makam keluarga dan Jambansari yang tinggal secuil. Situ yang dulu ada di sebelah barat telah tiada bekasnya barang sedikitpun. Padahal dulu ada dua situ, di sebelah barat dan timur. Sekarang sudah berubah menjadi perkampungan. Tanah yang dulu menjadi milik anak dan cucu [[Christiaan Snouck Hurgronje]], sebelah timur tapal batas dengan Jambansari, kini juga sudah menjadi perkampungan.
Pemakaman Kangjeng Prebu sampai sekarang masih diurus dan dipelihara oleh Yayasan yang dipimpin oleh Toyo Djayakusuma. Sementara waktu ke belakang, sempat terlantar kurang terurus karena tiadanya biaya. Jambansari hampir hilang terkubur ilalang. Maka didatangilah rumah keluarga [[Menteri Pekerjaan Umum Republik
Ada yang sedikit menggores ke dalam rasa dari orang Galuh Ciamis, terutama yang bertempat tinggal di Jalan Selagangga, seputaran komplek pemakanan dan Jambansari, yaitu saat Jalan Selagangga diganti namanya menjadi Jalan K.H. [[Ahmad Dahlan]] mengikuti nama pimpinan [[Nahdlatul Ulama]]. Oleh sebab itu orang Galuh tetap menyebutnya Selagangga, sebab di situ ada peninggalan Kangjeng Prebu yang dirasa telah besar jasanya dalam sejarah Galuh Ciamis. Tanpa mengurangi rasa hormat pada Ahmad Dahlan, mereka meminta bupati untuk mengembalikan nama Jalan Selagangga untuk mengenang Kanjeng Prebu yang memiliki keraton di tempat itu, memimpin Galuh dari sana, bahkan dimakamkannya juga di pemakaman Sirnayasa (Jambansari) Selagangga. Mereka merasa tak melihat adanya alasan yang bisa diterima bila Jalan Selagangga harus berganti nama.
Larik 156:
| Garut
| Cangkuan (Pulo-Leles)
| Struktur
| 107°55’BT, 07°06’LS, ±704m dpl
|-
Larik 240:
| Tasik Malaya
| Indihiyang
| struktur
| 108°12’BT, 07°11’LS, ±420m dpl
|-
Larik 270:
| Ciamis
| Batu Kalde (Pangandaran)
| struktur
| 108°39’BT, 07°34’LS, ±03m dpl
|-
Larik 312:
|
| Ronggeng
| struktur
| 108°29’BT, 07°24’LS, ±98m dpl
|-
Larik 488:
== Rujukan ==
*'''Aca'''. 1968. ''Carita Parahiyangan: naskah titilar karuhun urang Sunda abad ka-16 Maséhi''. Yayasan Kabudayaan Nusalarang, Bandung.
*'''[[Ayatrohaedi]]'''. 2005. ''Sundakala: cuplikan
*'''Edi Suhardi Ekadjati'''. 2005. ''Polemik Naskah Pangeran Wangsakerta''. Pustaka Jaya, Jakarta. ISBN 979-419-329-1
#Richadiana Kartakusuma (1991), Anekaragam Basa Prasastidi Jawa Barat Pada Abad Ke-5 Masehi sampai Ke-16 Masehi: Suatu Kajian Tentang Munculnya Basa Sunda. Tesis (yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dalam
*'''Yoséph Iskandar'''. 1997. ''
[[Kategori:Sajarah Sundha]]
|