Bani Abbasiyah: Béda antara owahan

Konten dihapus Konten ditambahkan
PL230Fahmy (parembugan | pasumbang)
Tanpa ringkesan besutan
PL230Fahmy (parembugan | pasumbang)
Tanpa ringkesan besutan
Larik 23:
|religion = [[Islam]]
}}
'''Bani Abbasiyah''' yaiku wektu kepemimpinan Abbasiyah, utawa [[Daulah Abbasiyah]]. Nalika jaman iki Islam lagi ana ing jaman kang makmur, utawa asring disebut ''The Golden Age''. Nalika iku Islam lagi ana ing kamulyan ing kabeh perkara, babagan ekonomi, peradaban, lan pamrentahan. Saliyane iku uga thukul ilmu-ilmu, lan akeh wong kang nerjemahake buku-buku saka asing ing [[basa Arab]]. <ref name="jhk">{{id}}[http://students.sunan-ampel.ac.id/irmanto/2010/04/10/peradaban-islam-pada-masa-daulah-bani-abbasiyah/ students.sunan-ampel.ac.id; Peradaban Islam Pada Masa Daulah Bani Abbasiyah](diundhuh tanggal 4 September 2011)</ref>
Bani Abbas marisi mulyane [[Bani Umayah]], mula Bani Abbasiyah isa mulya. Nalika Bani Umayah arep ambruk ana kedadean akeh ing negara, kayata : ana [[khalifah]] sing nglakoni kesalahan kang gawe cidra ing ajaran agama [[Islam]]. Salah sijine Bani Umayah kang ngucilake [[kaum mawali]] kang ndadekake akeh warga kang ribut.<ref name="jhk"/>
 
Bani Abbas wis mulai ngrebut dhaerah-dhaerah wiwit jaman khalifah [[Umar bin Abdul Aziz]] (717-720 M). Khalifah iki dikenal anggone apikan marang [[Syiah]]. Keturunan [[Bani Hasyim]] lan Bani Abbas kang disiya-siya dening Daulah Umayah ngedekake grombolan kanggo mungsuhi Daulah Umayah lan ngedekake Daulah Abbasiyah.<ref name="jhk"/>
 
Di bawah pimpinan Imam mereka Muhammad bin Ali Al-Abbasy mereka bergerak dalam dua fase, yaitu fase sangat rahasia dan fase terang-terangan dan pertempuran. Selama Imam Muhammad masih hidup gerakan dilakukan sangat rahasia. Propaganda dikirim ke seluruh pelosok negara, dan mendapat pengikut yang banyak, terutama dari golongan-golongan yang merasa ditindas, bahkan juga dari golongan-golongan yang pada mulanya mendukung Daulah Umayah. Setelah Imam Muhammad meninggal dan diganti oleh anaknya Ibrahim, pada masanya inilah bergabung seorang pemuda berdarah Persia yang gagah berani dan cerdas dalam gerakan rahasia ini yang bernama Abu Muslim Al-Khurasani. Semenjak masuknya Abu Muslim ke dalam gerakan rahasia Abbasiyah ini, maka dimulailah gerakan dengan cara terang-terangan, kemudian cara pertempuran, dan akhirnya dengan dalih ingin mengembalikan keturunan Ali ke atas singgasana kekhalifahan, Abu Abbas pimpinan gerakan tersebut berhasil menarik dukungan kaum Syiah dalam mengobarkan perlawanan terhadap kekhalifahan Umayah. Abu Abbas kemudian memulai makar dengan melakukan pembunuhan sampai tuntas semua keluarga Khalifah, yang waktu itu dipegang oleh Khalifah Marwan II bin Muhammad. Begitu dahsyatnya pembunuhan itu sampai Abu Abbas menyebut dirinya sang pengalir darah atau As-Saffah. Maka bertepatan pada bulan Zulhijjah 132 H (750 M) dengan terbunuhnya Khalifah Marwan II di Fusthath, Mesir dan maka resmilah berdiri Daulah Abbasiyah.
Dalam peristiwa tersebut salah seorang pewaris takhta kekhalifahan Umayah, yaitu Abdurrahman yang baru berumur 20 tahun, berhasil meloloskan diri ke daratan Spanyol. Tokoh inilah yang kemudian berhasil menyusun kembali kekuatan Bani Umayah di seberang lautan, yaitu di keamiran Cordova. Di sana dia berhasil mengembalikan kejayaan kekhalifahan Umayah dengan nama kekhalifahan Andalusia.
Pada awalnya kekhalifahan Daulah Abbasiyah menggunakan Kufah sebagai pusat pemerintahan, dengan Abu Abbas As-Safah (750-754 M) sebagai Khalifah pertama. Kemudian Khalifah penggantinya Abu Jakfar Al-Mansur (754-775 M) memindahkan pusat pemerintahan ke Baghdad. Di kota Baghdad ini kemudian akan lahir sebuah imperium besar yang akan menguasai dunia lebih dari lima abad lamanya. Imperium ini dikenal dengan nama Daulah Abbasiyah.
Dalam beberapa hal Daulah Abbasiyah memiliki kesamaan dan perbedaan dengan Daulah Umayah. Seperti yang terjadi pada masa Daulah Umayah, misalnya, para bangsawan Daulah Abbasiyah cenderung hidup mewah dan bergelimang harta. Mereka gemar memelihara budak belian serta istri peliharaan (hareem). Kehidupan lebih cenderung pada kehidupan duniawi ketimbang mengembangkan nilai-nilai agama Islam . Namun tidak dapat disangkal sebagian khalifah memiliki selera seni yang tinggi serta taat beragama.