Indrajit: Béda antara owahan

Konten dihapus Konten ditambahkan
Pras (parembugan | pasumbang)
c Suntingan 117.103.172.83 (dhiskusi) dipunwangsulaken dhateng ing vèrsi pungkasan déning JV015Chafid
Larik 12:
Miturut vérsi Ramayana, Indrajit menika putranipun Rahwana, raja raseksa ing Praja Alengka kaliyan [[Mendodari]] putrinipun [[Asura Maya]]. Kacariyos, nalika miyosipun Indrajit dipunsartani swanten [[bledhèg]] ingkang ageng. Menika dados pratandha bilih ing salajengipun Indrajit badhé dados kasatriya ageng.
 
==Pranala Njawi==
==Pranala Njawi==Indrajit (Sanskerta: इन्द्रजीत; Indrajīt) atau Megananda (Sanskerta: मेघनाद; Méghanāda) adalah nama seorang tokoh antagonis dalam wiracarita Ramayana yang dikenal sebagai putra sulung Rahwana sekaligus putra mahkota Kerajaan Alengka. Indrajit merupakan ksatria yang sakti mandraguna. Dalam perang melawan pasukan Wanara, ia pernah melepaskan senjata Nagapasa yang keampuhannya mampu melumpuhkan Sri Rama. Setelah melalui pertempuran seru, ia akhirnya tewas di tangan Laksmana adik Rama.
Asal-usul
Indrajit adalah putra Rahwana, raja bangsa Rakshasa dari Kerajaan Alengka. Ibunya bernama Mandodari putri Asura Maya. Sewaktu lahir, Indrajit diberi nama Megananda karena tangisan pertamanya diiringi suara petir menggelegar, pertanda kelak ia akan tumbuh menjadi seorang kesatria besar.
Ketika dewasa, Megananda pernah membantu ayahnya bertempur melawan para dewa kahyangan. Dalam pertempuran itu, Megananda berhasil menangkap dan menawan Indra, raja para dewa. Dewa Brahma muncul melerai. Indra pun dibebaskan oleh Megananda. Sebagai gantinya ia mendapatkan pusaka ampuh dari Brahma bernama Brahmasta. Brahma juga memberikan julukan Indrajit kepada Megananda yang bermakna "Penakluk Indra".
Pertempuran di Alengka
Perang besar di Alengka meletus karena ulah Rahwana menculik Sinta istri Sri Rama. Rama bekerja sama dengan bangsa Wanara yang dipimpin Sugriwa menyerbu istana Alengka.
Satu per satu panglima Alengka terbunuh. Indrajit tampil sebagai andalan ayahnya. Ia bertarung melawan seorang Wanara muda bernama Anggada putra Subali. Anggada berhasil menghancurkan kereta Indrajit sehingga pasukannya pun bersorak "Jaya Anggada! Jaya anggada".
Indrajit yang sangat malu mengerahkan pusaka Nagapasa yang mampu mengeluarkan ribuan ular berbisa. Rama dan Laksmana roboh tak berdaya dililit ular-ular tersebut. Sewaktu para Wanara berduka karena kehilangan pemimpin mereka, tiba-tiba muncul Garuda mengusir ular-ular yang melilit kakak-beradik tersebut.
Kebangkitan Rama dan Laksmana membuat pertempuran berlanjut. panglima-panglima Alengka semakin banyak yang tewas. Akhirnya hanya tinggal Indrajit yang menjadi andalan Rahwana. Ia melepaskan pusaka Brahmasta mengenai Laksmana sehingga roboh sekarat.
[sunting] Kematian
Laksmana bangkit kembali setelah diobati Rama menggunakan tanaman yang dibawa Hanoman. Pasukan Wanara kembali bergerak menyerbu istana Alengka. Indrajit menciptakan Sita palsu untuk dibunuhnya di hadapan para Wanara. Melihat istri Rama tewas, para Wanara kehilangan semangat bertempur. Mereka menganggap tujuan peperangan sudah tidak ada lagi.
Wibisana (adik Rahwana yang memihak Rama) menyadari kalau Inrajit sedang menyelenggarakan ritual untuk mendapatkan kekuatan. Ia meminta Laksmana untuk menggagalkan ritual Indrajit sebelum mencapai kesempurnaan. Laksmana disertai para prajurit Wanara mendatangi tempat ritual Indrajit. Konsentrasi Indrajit terganggu dan ritualnya pun dihentikan. Ia kemudian bertarung menghadapi Laksmana. Laksmana pun melepaskan panah Indrastra dengan mengucapkan doa atas nama Rama. Panah tersebut melesat memenggal kepala Indrajit.
[sunting] Versi pewayangan
Indrajit dalam bentuk wayang gaya Surakarta.
Menurut versi pewayangan Jawa, Indrajit bukan putra kandung Rahwana, melainkan hasil ciptaan Wibisana. Saat itu istri Rahwana yang bernama Dewi Kanung sedang mengandung bayi perempuan reinkarnasi seorang pertapa wanita bernama Widawati. Rahwana bersumpah akan menikahi putrinya itu jika kelak lahir, karena Widawati merupakan cinta pertamanya.
Ketika Kanung melahirkan, Rahwana sedang berada di luar istana. Wibisana segera mengambil bayi perempuan tersebut dan dihanyutkan ke sungai dalam sebuah peti. Bayi itu terbawa arus sampai ke Kerajaan Mantili dan ditemukan oleh raja negeri tersebut yang bernama Janaka. Janaka memungut bayi putri Rahwana tersebut sebagai anak angkat dengan diberi nama Sinta.
Sementara itu, Wibisana menciptakan bayi laki-laki dari segumpal awan yang diberi nama Indrajit. Bayi Indrajit diserahkan kepada Rahwana. Rahwana kecewa dan berniat membunuh Indrajit. Ternyata semakin dihajar Indrajit justru semakin tumbuh dewasa. Rahwana berubah pikiran dan mengakuinya sebagai anak.
Indrajit kemudian bertempat tinggal di Kasatrian Bikukungpura. Istrinya seorang bidadari bernama Dewi Indrarum.
Dalam perang besar melawan bala tentara Sri Rama, Indrajit mengerahkan pusaka Nagapasa. Muncul ribuan ular menyerang pasukan Wanara. Namun semua itu dapat ditaklukkan oleh burung Garuda ciptaan Laksmana. Indrajit kemudian mengerahkan ilmu Sirep Begananda, membuat Rama, Laksmana, dan seluruh pengikut mereka roboh tak berdaya. Mereka tertidur bagaikan orang mati.
Hanya Wibisana dan Hanoman yang tetap terjaga. Hanoman berangkat ke Gunung Maliyawan untuk mengambil tanaman Sandilata, sedangkan Wibisana menghadapi Indrajit. Wibisana menceritakan asal-usul Indrajit yang sebenarnya. Indrajit akhirnya sadar bahwa selama ini ia bersalah telah membela angkara murka Rahwana. Ia pun meminta agar Wibisana mengembalikan dirinya ke asal-muasalnya.
Indrajit kemudian mengheningkan cipta, sedangkan Wibisana melepaskan pusaka Dipasanjata ke arahnya. Tubuh Indrajit pun musnah seketika, dan kembali menjadi awan putih di angkasa.
[sunting]
 
 
 
 
 
Indrajit
Indrajit atau Megananda adalah salah satu tokoh antagonis dalam wiracarita Ramayana. Ia adalah putera sulung Rahwana dan sekaligus menjadi putera mahkota Kerajaan Alengka. Dalam pertempuran besar di Alengka, ia tewas di tangan Laksmana.
Dalam versi Ramayana, ia adalah putera Rahwana, raja raksasa di kerajaan Alengka dengan Mandodari puteri Asura Maya. Kelahiran Indrajit, diiringi suara petir yang menggelegar saat tangis pertamanya. Ini menjadi pertanda bahwa ia akan tumbuh menjadi seorang ksatria besar.
Indrajit memang tumbuh menjadi seorang ksatria yang gagah perkasa, ia pernah membantu ayahnya bertempur melawan para dewa kahyangan. Dalam pertempuran tersebut, Megananda berhasil menangkap dan menawan Dewa Indra, raja para Dewa. Dewa Brahma kemudian datang untuk melerai, karena ia lah yang memberikan kekuatan kepada Rahwana sehingga ia tidak bisa dikalahkan oleh para Dewa. Indra pun akhirnya dibebaskan oleh Megananda. Dan sebagai gantinya ia mendapatkan pusaka ampuh dari Brahma bernama Brahmasta. Saat itu, Brahma juga memberikan julukan kepada Megananda, Indrajit yang bermakna “Penakluk Indra”.
Saat pertempuran besar di Alengka, ia maju sebagai andalan ayahnya, Rahwana. Indrajit berhadapan dengan Anggada, putera Subali. Anggada saat itu berhasil menghancurkan kereta perang Indrajit. Indrajit yang malu, kemudian mengeluarkan pusaka Nagapasa yang mampu mengeluarkan ribuan ular berbisa. Rama dan Laksmana roboh tak berdaya dililit ular-ular tersebut. Namun, tiba-tiba muncul garuda mengusir ular-ular tersebut.
Rama dan Laksmana kembali bangkit dan pertempuran pun dilanjutkan. Banyak panglima-panglima Alengka yang tewas. Akhirnya hanya Indrajit lah yang menjadi andalan Rahwana. Ia akhirnya melepaskan pusaka Brahmasta dan mengenai Laksmana hingga roboh sekarat.
Laksmana bangkit kembali setelah diobati Rama dengan tanaman yang dibawa Hanoman, atas anjuran Jembawan. Pasukan wanara kembali bergerak menyerbu Alengka, Indrajit kemudian menciptakan Sita palsu untuk dibunuhnya di hadapan pasukan wanara. Melihat istri Rama tewas, para Wanara kehilangan semangat bertempur karena tujuan peperangan mereka sudah tidak ada lagi.
Wibisana, yang juga merupakan adik Rahwana tetapi berad di pihak Rama mengetahui bahwa Indrajit sedang menyelenggarakan ritual untuk mendapatkan kekuatan. Ia kemudian meminta Laksmana untuk menggagalkan ritual Indrajit . Laksmana yang saat itu disertai prajurit Wanara mendatangi tempat ritual Indrajit. Mereka menggangu ritual Indrajit sehingga konsentrasinya terganggu. Indrajit pun menghentikan ritualnya, dan bertarung menghadapi Laksmana.Laksmana akhirnya melepaskan panah Indrasta, panah tersebut melesat memenggal kepala Indrajit.
Sedangkan menurut pewayangan Jawa, Indrajit bukan putera kandung Rahwana, ia adalah putera hasil ciptaan Wibisana. Dikisahkan, saat itu istri Rahwana yang bernama Dewi kanung sedang mengandung bayi perempuan reinkarnasi seorang pertapa wanita yaitu Widawati. Dulu Rahwana jatuh cinta kepada Widawati, namun Widawati menolak cinta Rahwana dan memilih untuk bunuh diri.
Rahwana kemudian bersumpah bawhwa ia akan menikahi puteri titisan Widawati, dan atas petunjuk gurunya, Rahwana tahu bahwa Widawati akan menitis keada puterinya. Oleh karena itu, Rahwana juga bertekad, akan menikahi puterinya tersebut.
Ketika Kanung melahirkan, Rahwana sedang berada di luar istana memperluas kekuasaan. Saat itulah , Wibisana yang memang tidak pernah setuju dengan tindakan kakaknya, mengambil bayi perempuan tersebut dan menghanyutkannya ke sungai dalam sebuah peti. Bayi tersebut kemudian terbawa arus hingga sampai ke Kerajaan Mantili, bayi tersebut kemudian ditemukan dan diangkat anak oleh raja negeri tersebut, yang bernama Janaka. Prabu Janaka memberi nama bayi perempuan tersebut Sinta.
Wibisana kemudian menciptakan bayi laki-laki dari segumpal awan dan diberi nama diberi nama Indrajit. Bayi Indrajit diserahkan kepada Rahwana. Rahwana kecewa dan berniat membunuh Indrajit. Namun semakin dihajar, Indrajit justru semakin tumbuh dewasa. Rahwana pun berubah pikiran dan mengakuinya sebagai anak. Indrajit tinggal di Kasatrian Bikukungpura. Istrinya adalah seorang bidadari yang bernama Dewi Indrarum.
Dalam perang besar melawan bala tentara Sri Rama, Indrajit mengerahkan pusaka Nagapasa. Muncullah ribuan ular dan menyerang pasukan Wanara. Namun semua itu dapat ditaklukkan oleh burung Garuda ciptaan Laksmana. Indrajit kemudian mengeluarkan ilmu Sirep Begananda, yang membuat Rama, Laksmana, dan seluruh pengikut mereka roboh tak berdaya. Mereka tertidur bagaikan orang mati.
Hanya Wibisana dan Hanoman yang selamat dari ilmu tersebut. Hanoman kemudian berangkat ke Gunung Maliyawan untuk mengambil tanaman Sandilata, sedangkan Wibisana menghadapi Indrajit. Wibisana menceritakan asal-usul Indrajit yang sebenarnya. Indrajit akhirnya sadar bahwa selama ini ia bersalah telah membela angkara murka Rahwana. Ia pun meminta agar Wibisana mengembalikan dirinya ke asalnya.
Indrajit kemudian mengheningkan cipta, sedangkan Wibisana melepaskan pusaka Dipasanjata ke arahnya. Tubuh Indrajit pun musnah seketika, dan kembali menjadi awan putih di angkasa.
Indrajit Gugur
 
Perang Alengkadiraja, ternyata juga menewaskan beberapa anak Prabu Dasamuka, Trisirah, Trikaya,
 
Trimurda,Trinetra semuanya tewas dalam medan laga ketika menghadapi para kesatria Panca wati,
 
Anoman, Anggada dan Anila. Ketika anak Prabu Dasamuka dengan dewi Sayempraba, bernama
 
Pratalamaryam maju ke medan laga, maka saudara tirinya Trigangga, anak Sayempraba dengan Anoman,
 
yang melihat kedatangan Pratalamaryam segera menghampiri. Dimintanya Pratalamaryana agar berpihak pada
 
Prabu Rama. Pratalamaryam menjadi marah, perkelahian tidak terelakkan. Dalam perkelahian kedua kakak
 
beradik ini, menewaskan Pratalamaryam. Menambah jumlah putera Prabu Dasamuka yang mati ditangan
 
pasukan Rama.
 
Melihat kematian saudara-saudaranya,Bukbis, maju ke medan laga untuk membalas kematian saudara
 
saudaranya. Dengan kekuatan andalannya sorot api dari mata ketiganya, membuat bala Pancawati banyak
 
yang tewas terbakar. Secara bergantian satria Pancawati melawan Bukbis. Bukbis, memiliki sorotan api dari
 
mata ketiganya. Api membakar pasukan Anggada, Demikian pula dengan Anila mengalami hal yang serupa.
 
Pasukan kera menjerit jerit kepanasan terpanggang api. Melihat kesengsaraan perajurit kera, Wibisana
 
mengarahkan panahnya ke sekumpulan mega mendung dilangit, hingga hujan turun dengan derasnya. Apipun
 
padam. Wibisana memerintahkan Anoman untuk membawa kaca cermin dalam menghadapi sinar api
 
Bukbis. Kaca cermin telah disiapkan oleh Anoman. Perkelahian Bukbis dengan Anoman terjadi. Ketika
 
mata ketiga Bukbis mulai memancarkan sinar yang menyilaukan mata, Anoman sudah siap menjemputnya.
 
Anoman segera meloncat kesamping kaca, menghindar dari serangan sinar api, dan menahannya dengan kaca cermin tersebut. Sehingga sinar api yang diarahkan ke Anoman mengenai cermin, dan sinar api yang mengenai cermin, kemudian
 
berbalik kembali kearah Bukbis, sehingga Bukbis terbakar dengan sendirinya. Pasukan Pancawati bersorak sorai
 
menyambut kemenangan. Pasukan Prabu Rama semakin maju memasuki wilayah dalam Kotaraja Negeri
 
Alengka.
 
 
 
Sementara itu anak kesayangan Prabu Dasamuka, Indrajit atau Megananda, menjadi amat gusar, ketika
 
melihat saudara saudaranya tewas di medan pertempuran. Indrajid maju menghalangi Perajurit Rama, yang
 
sedang bergerak maju memasuki ibukota Alengka. Indrajit telah siap dengan Pusaka Nagapasa. Panah yang
 
berbentuk ular naga itu dilepas kearah pasukan Pabu Rama, Panah Nagapasa milik Indrajit menjadikan hujan
 
ular di medan laga. Ular ular itu mengandung bisa ular yang mematikan. Prabu Rama dan Laksmana tidak
 
luput kena gigitan ular, yang menjadikan tidak sadarkan diri. Melihat keadaan ituWibisana menciptakan ribuan
 
burung Garuda, yang segera menyambar nyambar ular ular ciptaan Indrajit. Ularpun habis di makan burung
 
garuda ciptaan Wibisana. Wibisana kemudian i mendekati Indrajit dan mengingatkan agar Indrajit segera
 
menghentikan serangan senjata Nagapasa. Indrajit menjadi marah. Ia mengatakan bahwa pamannya,
 
Wibisana adalah seorang pengkhianat, dan tidak pantas ditaati. Indrajit masih saja menggunakan panah
 
Nagapasa untuk menyerang pasukan Suwelagiri.Sedangkan burung Garuda terus menerus menghabiskan ular
 
ular ciptaan Indrajit. .Akhirnya Wibisana melepaskan panah saktinya, yaitu Panah Indrasta ke arah Indrajit,
 
maka Indrajit,satria Bikungkungpura pun tewas, dan berangsur angsur berubah menjadi mega. Indrajit yng
 
diciptakan dari mega oleh Wibisana,kembali menjadi mega.
 
 
Dengan tewasnya Indrajit, maka ular ular yang menyerang pasukan Pancawati pun lenyap. Namun prajurit
 
yang terkena gigitan ular beracun tetap sekarat, dan butuh pertolongan cepat. Wibisana memerintahkan
 
Anoman untuk mencari sejenis daun sandiloto, yang banyak tumbuh di Bukit Arga Jampi,sebuah bukit kecil
 
di dekat Gunung Maliyawan.
 
 
Anoman menjadi gugup ketika melihat Prabu Rama dan Laksmana tergeletak pingsan tak sadarkan diri.
 
Wibisana terus merawat keduanya dengan baik. Memang serangan Indrajid membawa korban yang sangat
 
besar. Banyak para punggawa juga para perajurit yang terkapar tidak berdaya. Anoman segera berangkat.
 
Sesampai di Gunung Maliyawan, Anoman menemukan bukit yang dimaksud oleh Wibisana.
 
 
Karena pada waktu berangkat, Anoman menjadi gugup,sehingga ia lupa tidak meyakinkan lagi, nama daun
 
apa yang tadi diminta oleh Wibisana. Setelah sampai dibukit Maliyawan. Anoman jadi bingung, ia sudah tidak
 
ingat daun apa yang diminta Wibisana. Akhirnya Anoman mengangkat bukit Argajampi beserta seluruh
 
tanaman yang ada di atasya dan dibawanya kembali ke daerah pertahanan Pancawati.Wibisana mengambil
 
daun daunan yang diperlukan untuk menawarkan racun ular berbisa. Para Perajurit dan punggawa, yang
 
terkena serangan ular berbisa, termasuk juga Prabu Rama dan Laksmana Widagda. setelah mendapat
 
perawatan, dengan daun dimaksud, mereka terbangun dari pingsannya, dan sembuhlah mereka semua,
 
termasuk Prabu Rama dan Laksmana yang telah siuman kembali.
 
 
 
 
--[[Astamiwa:Kontribusi pengguna/117.103.172.83|117.103.172.83]] 10 Mei 2012 12.22 (UTC)--[[Astamiwa:Kontribusi pengguna/117.103.172.83|117.103.172.83]] 10 Mei 2012 12.22 (UTC)[[Gambar:Contoh.jpg]]
 
==Cathetan Suku==
{{reflist}}