Sajarah Indonésia: Béda antara owahan

Konten dihapus Konten ditambahkan
c éjaan using AWB
Arupako (parembugan | pasumbang)
c éjaan, replaced: desa → désa, sehat → séhat, Indonesia → Indonésia (86) using AWB
Larik 1:
{{Sajarah IndonesiaIndonésia}}
 
'''Sajarah IndonesiaIndonésia''' nyakup sawijining rentang wektu sing dawa banget sing diwiwiti zaman [[prasejarah]] déning "[[Manungsa Jawa]]" ing mangsa watara 500.000 taun kapungkur. Periode ing [[sajarah]] [[IndonesiaIndonésia]] bisa dipérang dadi limang éra: éra pra kolonial, munculé krajaan-krajaan [[Hindu]]-[[Buddha]] sarta [[Islam]] ing [[Jawa]] lan [[Sumatera]] sing utamané ngandelaké dedagangan; éra [[kolonialisme|kolonial]], mlebuné bangsa [[Éropah]] (utamané [[Walanda]]) sing ngarepaké asil [[rempah-rempah]] nyebabaké anané panjajahan déning Walanda jroning watara 3,5 abad antara wiwitan [[abad kaping-17]] nganti tengahan [[abad kaping-20]]; éra kamardikan, pasca [[Proklamasi Kamardikan IndonesiaIndonésia]] ([[1945]]) nganti mudhuné [[Soekarno]] ([[1966]]); éra [[Orde Baru]], 32 taun mangsa pamaréntahan [[Soeharto]] ([[1966]]–[[1998]]); sarta éra reformasi sing lumangsung nganti dina iki.
 
Yèn dirunut wiwit saka taun 1500-an sajarah Indonésia bisa diklompokaké:
Larik 26:
Pada masa [[Pleistosen]], ketika masih terhubung dengan [[Asia]] Daratan, masuklah pemukim pertama. Bukti pertama yang menunjukkan penghuni pertama adalah fosil-fosil ''[[Homo erectus]]'' [[manusia Jawa]] dari masa 2 juta hingga 500.000 tahun lalu. Penemuan sisa-sisa "manusia Flores" (''[[Homo floresiensis]]'')<ref>Masih diperdebatkan, apakah termasuk ''H. erectus'' atau ''H. sapiens''</ref> di [[Liang Bua]], [[Flores]], membuka kemungkinan masih bertahannya ''H. erectus'' hingga masa [[Zaman Es]] terakhir.<ref>Swisher et al. 1996 (cit. Capelli et al. 2001. ''Am. J. Hum. Genet.'' 68:432-443) menyebutkan hingga 25.000 tahun yang lalu.</ref>
 
''[[Homo sapiens]]'' pertama diperkirakan masuk ke Nusantara sejak 100.000 tahun yang lalu melewati jalur pantai Asia dari Asia Barat, dan pada sekitar 50.000 tahun yang lalu telah mencapai Pulau Papua dan Australia.<ref>Roberts 1990.</ref> Mereka, yang berciri [[ras]]ial berkulit gelap dan berambut ikal rapat ([[Negroid]]), menjadi nenek moyang penduduk asli [[Melanesia]] (termasuk [[Papua]]) sekarang dan membawa kultur kapak lonjong ([[Paleolitikum]]). Gelombang pendatang ber[[bahasa Austronesia]] dengan kultur [[Neolitikum]] datang secara bergelombang sejak 3000 SM dari Cina Selatan melalui [[Formosa]] dan [[Filipina]] membawa kultur beliung persegi ([[kebudayaan Dongson]]). Proses migrasi ini merupakan bagian dari [[pendudukan Pasifik]]. Kedatangan gelombang penduduk berciri [[Mongoloid]] ini cenderung ke arah barat, mendesakmendésak penduduk awal ke arah timur atau berkawin campur dengan penduduk setempat dan menjadi ciri fisik penduduk [[Maluku]] serta [[Nusa Tenggara]]. Pendatang ini membawa serta teknik-teknik [[pertanian]], termasuk bercocok tanam [[padi]] di [[sawah]] (bukti paling lambat sejak abad ke-8 SM), be[[peternakan|ternak]] [[kerbau]], pengolahan [[Zaman Perundagian|perunggu]] dan [[Zaman Perundagian|besi]], teknik [[tenun ikat]], praktek-praktek [[megalitikum]], serta pemujaan roh-roh ([[animisme]]) serta benda-benda keramat ([[dinamisme]]). Pada abad pertama SM sudah terbentuk pemukiman-pemukiman serta kerajaan-kerajaan kecil, dan sangat mungkin sudah masuk pengaruh kepercayaan dari [[India]] akibat hubungan perniagaan.
 
== Era pra kolonial ==
Larik 39:
=== Kerajaan Hindu-Buddha ===
 
{{utama|IndonesiaIndonésia: Era kerajaan Hindu-Buddha}}
[[Berkas:Prasasti tugu.jpg|thumb|200px|Prasasti Tugu peninggalan Raja [[Purnawarman dari Taruma]]]]
Pada abad ke-4 hingga abad ke-7 di wewengkon Jawa Barat terdapat kerajaan bercorak Hindu-Budha yaitu kerajaan [[Tarumanagara]] yang dilanjutkan dengan [[Kerajaan Sunda]] sampai abad ke-16. Pada masa [[abad ke-7]] hingga [[abad ke-14]], kerajaan Buddha [[Sriwijaya]] berkembang pesat di Sumatra. Penjelajah Tiongkok [[I Ching]] mengunjungi kutha krajannya [[Palembang]] sekitar tahun [[670]]. Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh [[Jawa Barat]] dan [[Semenanjung Melayu]]. Abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan [[Hindu]] di [[Jawa Timur]], [[Majapahit]]. Patih Majapahit antara tahun [[1331]] hingga [[1364]], [[Gajah Mada]] berhasil memperoleh kekuasaan atas wewengkon yang kini sebagian besarnya adalah IndonesiaIndonésia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan dalam kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam [[wiracarita]] ''[[Ramayana]]''.
<p align="justify">
 
=== Kerajaan Islam ===
 
{{utama|Kerajaan Islam di IndonesiaIndonésia}}
 
[[Islam]] sebagai sebuah pemerintahan hadir di IndonesiaIndonésia sekitar [[abad ke-12]], namun sebenarnya [[Islam]] sudah sudah masuk ke [[IndonesiaIndonésia]] pada abad 7 [[Masehi]]. Saat itu sudah ada jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional melalui Selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina, Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani umayyah di Asia Barat sejak abad 7.<ref>Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam IndonesiaIndonésia, 2005, Rajawali Press, hal. 8-9; Ahmad Mansur Suryanagara, Menemukan Sejarah, 1998, cet. IV, Mizan, hal. 92-93; A. Hasymi, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di IndonesiaIndonésia: Kumpulan prasaran pada seminar di Aceh, 1993, cet. 3, al-Ma'arif, hal. 7; Hadi Arifin, Malikussaleh: Mutiara dari Pasai, 2005, PT. Madani Press, hal. Xvi; Ensiklopedia Tematis Dunia Islam Asia Tenggara, Kedatangan dan Penyebaran Islam oleh Dr. Uka Tjandrasasmita, 2002, Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, hal 9-27. Dalam beberapa literatur lain disebutkan bahwa Islam masuk ke IndonesiaIndonésia abad ke 9. Ada juga yang menyebutkan abad ke 13. Namun, sebenarnya Islam masuk ke IndonesiaIndonésia abad 7M, lalu berkembang menjadi institusi politik sejak abad 9M, dan pada abad 13M kekuatan politik Islam menjadi amat kuat.</ref>
 
Menurut sumber-sumber [[Cina]] menjelang akhir perempatan ketiga abad 7, seorang pedagang [[Bangsa Arab|Arab]] menjadi pemimpin pemukiman Arab muslim di pesisir pantai [[Sumatera]]. [[Islam]] pun memberikan pengaruh kepada institusi politik yang ada. Hal ini nampak pada Tahun 100 H (718 M) [[Raja]] [[Sriwijaya]] [[Jambi]] yang bernama [[Srindravarman]] mengirim surat kepada [[Khalifah]] ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz dari Khilafah Bani Umayah meminta dikirimkan da`i yang bisa menjelaskan Islam kepadanya. Surat itu berbunyi: “Dari Raja di Raja yang adalah keturunan seribu raja, yang isterinya juga cucu seribu raja, yang di dalam kandang binatangnya terdapat seribu gajah, yang di wewengkonnya terdapat dua sungai yang mengairi pohon gaharu, bumbu-bumbu wewangian, pala dan kapur barus yang semerbak wanginya hingga menjangkau jarak 12 mil, kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan [[Tuhan]]. Saya telah mengirimkan kepada anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekedar tanda persahabatan. Saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan [[Islam]] kepada saya dan menjelaskan kepada saya tentang hukum-hukumnya.” Dua tahun kemudian, yakni tahun 720 M, Raja Srindravarman, yang semula [[Hindu]], masuk Islam. Sriwijaya Jambi pun dikenal dengan nama Sribuza Islam. Sayang, pada tahun 730 M Sriwijaya Jambi ditawan oleh Sriwijaya [[Palembang]] yang masih menganut [[Budha]].<ref>Musyrifah Sunanto, op cit. hal 6.</ref>
Larik 56:
[[Kesultanan]] [[Islam]] kemudian semikin menyebarkan ajaran-ajarannya ke penduduk dan melalui pembauran, menggantikan Hindu sebagai kepercayaan utama pada akhir [[abad ke-16]] di Jawa dan Sumatra. Hanya [[Bali]] yang tetap mempertahankan mayoritas Hindu. Di kepulauan-kepulauan di timur, rohaniawan-rohaniawan [[Kristen]] dan [[Islam]] diketahui sudah aktif pada abad ke-16 dan [[abad ke-17|17]], dan saat ini ada mayoritas yang besar dari kedua agama di kepulauan-kepulauan tersebut.
 
Penyebaran Islam dilakukan/didorong melalui hubungan perdagangan di luar Nusantara; hal ini, karena para penyebar [[dakwah]] atau [[mubaligh]] merupakan utusan dari pemerintahan islam yg datang dari luar [[IndonesiaIndonésia]], maka untuk menghidupi diri dan keluarga mereka, para [[mubaligh]] ini bekerja melalui cara berdagang, para mubaligh inipun menyebarkan Islam kepada para [[pedagang]] dari penduduk asli, hingga para pedagang ini memeluk Islam dan meyebarkan pula ke penduduk lainnya, karena umumnya pedagang dan ahli kerajaan/kesultanan lah yang pertama mengadopsi agama baru tersebut. Kesultanan/Kerajaan penting termasuk [[Kesultanan|Samudra Pasai]], [[Kesultanan Banten]] yang menjalin hubungan diplomatik dengan nagara-nagara Éropah, [[Kerajaan Mataram]] di [[Yogja]] / [[Jawa Tengah]], dan [[Kesultanan Ternate]] dan [[Kesultanan Tidore]] di [[Maluku]] di timur.
 
== Era kolonial ==
Larik 66:
=== Kolonisasi VOC ===
 
{{utama|IndonesiaIndonésia: Era VOC}}
 
Mulai tahun [[1602]] [[Belanda]] secara perlahan-lahan menjadi penguasa wewengkon yang kini adalah IndonesiaIndonésia, dengan memanfaatkan perpecahan di antara kerajaan-kerajaan kecil yang telah menggantikan Majapahit. Satu-satunya yang tidak terpengaruh adalah [[Timor Portugis]], yang tetap dikuasai [[Portugal]] hingga [[1975]] ketika berintegrasi menjadi provinsi IndonesiaIndonésia bernama [[Timor Timur]]. Belanda menguasai IndonesiaIndonésia selama hampir 350 tahun, kecuali untuk suatu masa pendek di mana sebagian kecil dari IndonesiaIndonésia dikuasai [[Britania]] setelah [[Perang Jawa Britania-Belanda]] dan masa penjajahan [[Jepang]] pada masa [[Perang Dunia II]]. Sewaktu menjajah IndonesiaIndonésia, Belanda mengembangkan [[Hindia-Belanda]] menjadi salah satu kekuasaan kolonial terkaya di dunia. 350 tahun penjajahan Belanda bagi sebagian orang adalah mitos belaka karena wewengkon Aceh baru ditaklukkan kemudian setelah Belanda mendekati kebangkrutannya.
 
[[Berkas:VOC.svg|thumb|right|100px|Logo VOC]]
Larik 80:
=== Kolonisasi pemerintah Belanda ===
 
{{utama|IndonesiaIndonésia: Era Belanda}}
 
Setelah VOC jatuh bangkrut pada akhir [[abad ke-18]] dan setelah kekuasaan Britania yang pendek di bawah [[Thomas Stamford Raffles]], pemerintah Belanda mengambil alih kepemilikan VOC pada tahun [[1816]]. Sebuah pemberontakan di Jawa berhasil ditumpas dalam [[Perang Diponegoro]] pada tahun [[1825]]-[[1830]]. Setelah tahun [[1830]] sistem [[tanam paksa]] yang dikenal sebagai ''cultuurstelsel'' dalam [[bahasa Belanda]] mulai diterapkan. Dalam sistem ini, para penduduk dipaksa menanam hasil-hasil perkebunan yang menjadi permintaan pasar dunia pada saat itu, seperti [[teh]], [[kopi]] dll. Hasil tanaman itu kemudian diekspor ke mancanagara. Sistem ini membawa kekayaan yang besar kepada para pelaksananya - baik yang Belanda maupun yang IndonesiaIndonésia. Sistem tanam paksa ini adalah monopoli pemerintah dan dihapuskan pada masa yang lebih bebas setelah [[1870]].
 
Pada [[1901]] pihak Belanda mengadopsi apa yang mereka sebut [[Kebijakan Beretika]] (bahasa Belanda: ''Ethische Politiek''), yang termasuk investasi yang lebih besar dalam pendidikan bagi orang-orang [[pribumi]], dan sedikit perubahan politik. Di bawah gubernur-jendral [[Johannes Benedictus van Heutsz|J.B. van Heutsz]] pemerintah Hindia-Belanda memperpanjang kekuasaan kolonial secara langsung di sepanjang Hindia-Belanda, dan dengan itu mendirikan fondasi bagi nagara IndonesiaIndonésia saat ini.
 
=== Gerakan nasionalisme ===
 
Pada [[1905]] gerakan nasionalis yang pertama, [[Serikat Dagang Islam]] dibentuk dan kemudian diikuti pada tahun [[1908]] oleh gerakan nasionalis berikutnya, [[Budi Utomo]]. Belanda merespon hal tersebut setelah Perang Dunia I dengan langkah-langkah penindasan. Para pemimpin nasionalis berasal dari kelompok kecil yang terdiri dari profesional muda dan pelajar, yang beberapa di antaranya telah dididik di Belanda. Banyak dari mereka yang dipenjara karena kegiatan politis, termasuk Presiden IndonesiaIndonésia yang pertama, [[Soekarno]].
 
=== Perang Dunia II ===
Larik 96:
=== Pendudukan Jepang ===
 
{{utama|IndonesiaIndonésia: Era Jepang}}
 
Pada Juli 1942, [[Soekarno]] menerima tawaran Jepang untuk mengadakan kampanye publik dan membentuk pemerintahan yang juga dapat memberikan jawaban terhadap kebutuhan militer Jepang. [[Soekarno]], [[Mohammad Hatta]], dan para Kyai didekorasi oleh Kaisar Jepang pada tahun 1943. Tetapi, pengalaman dari penguasaan Jepang di IndonesiaIndonésia sangat bervariasi, tergantung di mana seseorang hidup dan status sosial orang tersebut. Bagi yang tinggal di daerah yang dianggap penting dalam peperangan, mereka mengalami [[siksaan]], terlibat [[Perbudakan seks pada Perang Dunia II|perbudakan seks]], penahanan sembarang dan hukuman mati, dan [[kejahatan perang]] lainnya. Orang Belanda dan campuran IndonesiaIndonésia-Belanda merupakan target sasaran dalam penguasaan Jepang.
 
Pada Maret 1945 Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan IndonesiaIndonésia (BPUPKI). Pada pertemuan pertamanya di bulan Mei, [[Soepomo]] membicarakan integrasi nasional dan melawan individualisme perorangan; sementara itu [[Muhammad Yamin]] mengusulkan bahwa nagara baru tersebut juga sekaligus mengklaim [[Sarawak]], [[Sabah]], [[Malaya]], Portugis Timur, dan seluruh wewengkon Hindia-Belanda sebelum perang.
 
Pada [[9 Agustus]] [[1945]] Soekarno, Hatta dan [[Radjiman Widjodiningrat]] diterbangkan ke [[Vietnam]] untuk bertemu [[Marsekal Terauchi]]. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang menuju kehancuran tetapi Jepang menginginkan kemerdekaan IndonesiaIndonésia pada 24 Agustus.
 
== Era kemerdekaan ==
Larik 108:
=== Proklamasi kemerdekaan ===
 
{{utama|Proklamasi Kemerdekaan IndonesiaIndonésia}}
 
Mendengar kabar bahwa Jepang tidak lagi mempunyai kekuatan untuk membuat keputusan seperti itu pada [[16 Agustus]], Soekarno membacakan "Proklamasi" pada hari berikutnya. Kabar mengenai proklamasi menyebar melalui radio dan selebaran sementara pasukan militer IndonesiaIndonésia pada masa perang, Pasukan [[Pembela Tanah Air]] (PETA), para pemuda, dan lainnya langsung berangkat mempertahankan kediaman Soekarno.
 
Pada [[18 Agustus]] [[1945]] Panitia Persiapan Kemerdekaan IndonesiaIndonésia (PPKI) melantik Soekarno sebagai Presiden dan [[Mohammad Hatta]] sebagai Wakil Presiden dengan menggunakan konstitusi yang dirancang beberapa hari sebelumnya. Kemudian dibentuk Komite Nasional IndonesiaIndonésia Pusat (KNIP) sebagai parlemen sementara hingga pemilu dapat dilaksanakan. Kelompok ini mendeklarasikan pemerintahan baru pada [[31 Agustus]] dan menghendaki Republik IndonesiaIndonésia yang terdiri dari 8 provinsi: [[Sumatra]], [[Kalimantan]] (tidak termasuk wewengkon Sabah, Sarawak dan Brunei), [[Jawa Barat]], [[Jawa Tengah]], [[Jawa Timur]], [[Sulawesi]], [[Maluku]] (termasuk [[Papua]]) dan [[Kepulauan Sunda Kecil|Nusa Tenggara]].
 
=== Perang kemerdekaan ===
 
{{utama|IndonesiaIndonésia: Era 1945-1949}}
 
[[Berkas:Proklamasi.png|250px|thumb|right|Teks Proklamasi]]
Larik 122:
Dari [[1945]] hingga [[1949]], persatuan kelautan Australia yang bersimpati dengan usaha kemerdekaan, melarang segala pelayaran Belanda sepanjang konflik ini agar Belanda tidak mempunyai dukungan logistik maupun suplai yang diperlukan untuk membentuk kembali kekuasaan kolonial.
 
Usaha Belanda untuk kembali berkuasa dihadapi perlawanan yang kuat. Setelah kembali ke Jawa, pasukan Belanda segera merebut kembali kutha krajan kolonial Batavia, akibatnya para nasionalis menjadikan [[Yogyakarta]] sebagai kutha krajan mereka. Pada [[27 Desember]] [[1949]] (lihat artikel tentang [[27 Desember 1949]]), setelah 4 tahun peperangan dan negosiasi, Ratu [[Juliana dari Belanda]] memindahkan kedaulatan kepada pemerintah Federal IndonesiaIndonésia. Pada 1950, IndonesiaIndonésia menjadi anggota ke-60 [[PBB]].
 
Lihat pula [http://countrystudies.us/indonesia/16.htm The National Revolution, 1945-50] untuk keterangan lebih lanjut (dalam bahasa Inggris).
Larik 128:
=== Demokrasi parlementer ===
 
Tidak lama setelah itu, IndonesiaIndonésia mengadopsi [[UUD '45|undang-undang baru]] yang terdiri dari sistem parlemen di mana dewan eksekutifnya dipilih oleh dan bertanggung jawab kepada parlemen atau [[MPR]]. MPR terbagi kepada partai-partai politik sebelum dan sesudah pemilu pertama pada tahun [[1955]], sehingga koalisi pemerintah yang stabil susah dicapai.
 
Peran Islam di IndonesiaIndonésia menjadi hal yang rumit. Soekarno lebih memilih nagara [[sekuler]] yang berdasarkan [[Pancasila]] sementara beberapa kelompok Muslim lebih menginginkan nagara Islam atau undang-undang yang berisi sebuah bagian yang menyaratkan umat Islam takluk kepada [[syariah|hukum Islam]].
 
=== Demokrasi Terpimpin ===
 
{{utama|IndonesiaIndonésia: Era Demokrasi Terpimpin}}
 
Pemberontakan yang gagal di [[Sumatera]], [[Sulawesi]], Jawa Barat dan pulau-pulau lainnya yang dimulai sejak 1958, ditambah kegagalan MPR untuk mengembangkan konstitusi baru, melemahkan sistem parlemen IndonesiaIndonésia. Akibatnya pada [[1959]] ketika Presiden [[Soekarno]] secara unilateral membangkitkan kembali konstitusi 1945 yang bersifat sementara, yang memberikan kekuatan presidensil yang besar, dia tidak menemui banyak hambatan.
 
Dari 1959 hingga 1965, Presiden Soekarno berkuasa dalam rezim yang otoriter di bawah label "[[Demokrasi Terpimpin]]". Dia juga menggeser kebijakan luar negeri IndonesiaIndonésia menuju non-blok, kebijakan yang didukung para pemimpin penting nagara-nagara bekas jajahan yang menolak aliansi resmi dengan Blok Barat maupun Blok [[Uni Soviet]]. Para pemimpin tersebut berkumpul di [[Bandung]], [[Jawa Barat]] pada tahun [[1955]] dalam [[KTT Asia-Afrika]] untuk mendirikan fondasi yang kelak menjadi [[Gerakan Non-Blok]].
 
Pada akhir [[1950-an]] dan awal [[1960-an]], Soekarno bergerak lebih dekat kepada nagara-nagara komunis Asia dan kepada [[Partai Komunis IndonesiaIndonésia]] (PKI) di dalam negeri. Meski PKI merupakan partai komunis terbesar di dunia di luar [[Uni Soviet]] dan [[RRC|China]], dukungan massanya tak pernah menunjukkan penurutan ideologis kepada partai komunis seperti di nagara-nagara lainnya.
 
=== Konfrontasi IndonesiaIndonésia-Malaysia ===
 
{{utama|Konfrontasi IndonesiaIndonésia-Malaysia}}
 
Soekarno menentang pembentukan Federasi [[Malaysia]] dan menyebut bahwa hal tersebut adalah sebuah "rencana neo-kolonial" untuk mempermudah rencana komersial [[Inggris]] di wewengkon tersebut. Selain itu dengan pembentukan [[Federasi Malaysia]], hal ini dianggap akan memperluas pengaruh [[imperialisme]] nagara-nagara Barat di kawasan Asia dan memberikan celah kepada nagara Inggris dan Australia untuk mempengaruhi perpolitikan regional Asia. Menanggapi keputusan [[PBB]] untuk mengakui kedaulatan Malaysia dan menjadikan Malaysia anggota tidak tetap [[Dewan Keamanan PBB]], presiden Soekarno mengumumkan pengunduran diri nagara IndonesiaIndonésia dari keanggotaan PBB pada tanggal [[20 Januari]] [[1965]] dan mendirikan Konferensi Kekuatan Baru ([[CONEFO]]) sebagai tandingan [[PBB]] dan [[GANEFO]] sebagai tandingan [[Olimpiade]]. Pada tahun itu juga konfrontasi ini kemudian mengakibatkan pertempuran antara pasukan IndonesiaIndonésia dan Malaysia (yang dibantu oleh Inggris).
 
=== Nasib Irian Barat ===
Larik 152:
Pada saat kemerdekaan, pemerintah Belanda mempertahankan kekuasaan terhadap [[Papua bagian barat|belahan barat]] pulau [[Nugini]] (Papua), dan mengizinkan langkah-langkah menuju pemerintahan-sendiri dan pendeklarasian kemerdekaan pada [[1 Desember]] [[1961]].
 
Negosiasi dengan Belanda mengenai penggabungan wewengkon tersebut dengan IndonesiaIndonésia gagal, dan pasukan penerjun payung IndonesiaIndonésia mendarat di Irian pada [[18 Desember]] sebelum kemudian terjadi pertempuran antara pasukan IndonesiaIndonésia dan Belanda pada 1961 dan 1962. Pada 1962 Amerika Serikat menekan Belanda agar setuju melakukan perbincangan rahasia dengan IndonesiaIndonésia yang menghasilkan [[Perjanjian New York]] pada Agustus 1962, dan IndonesiaIndonésia mengambil alih kekuasaan terhadap [[Irian Jaya]] pada [[1 Mei]] [[1963]].
 
=== Gerakan 30 September ===
Larik 164:
== Era Orde Baru ==
 
{{utama|IndonesiaIndonésia: Era Orde Baru}}
 
Setelah Soeharto menjadi Presiden, salah satu pertama yang dilakukannya adalah mendaftarkan IndonesiaIndonésia menjadi anggota PBB lagi. IndonesiaIndonésia pada tanggal [[19 September]] [[1966]] mengumumkan bahwa IndonesiaIndonésia "bermaksud untuk melanjutkan kerjasama dengan PBB dan melanjutkan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan PBB", dan menjadi anggota PBB kembali pada tanggal [[28 September]] [[1966]], tepat 16 tahun setelah IndonesiaIndonésia diterima pertama kalinya.
 
Pada [[1968]], MPR secara resmi melantik Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun sebagai presiden, dan dia kemudian dilantik kembali secara berturut-turut pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998.
 
Presiden Soeharto memulai "[[Orde Baru]]" dalam dunia politik IndonesiaIndonésia dan secara dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh Soekarno pada akhir masa jabatannya. Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan ékonomi sebagai tujuan utamanya dan menempuh kebijakannya melalui struktur administratif yang didominasi militer namun dengan nasehatnaséhat dari ahli ékonomi didikan Barat. Selama masa pemerintahannya, kebijakan-kebijakan ini, dan pengeksploitasian sumber daya alam secara besar-besaran menghasilkan pertumbuhan ékonomi yang besar namun tidak merata di IndonesiaIndonésia. Contohnya, jumlah orang yang [[kelaparan]] dikurangi dengan besar pada tahun [[1970-an]] dan [[1980-an]]. Dia juga memperkaya dirinya, keluarganya, dan rekan-rekat dekat melalui korupsi yang merajalela.
 
=== Irian Jaya ===
 
Setelah menolak supervisi dari [[PBB]], pemerintah IndonesiaIndonésia melaksanakan "Act of Free Choice" (Aksi Pilihan Bebas) di Irian Jaya pada 1969 di mana 1.025 wakil kepala-kepala daerah Irian dipilih dan kemudian diberikan latihan dalam bahasa IndonesiaIndonésia. Mereka secara konsensus akhirnya memilih bergabung dengan IndonesiaIndonésia. Sebuah resolusi Sidang Umum PBB kemudian memastikan perpindahan kekuasaan kepada IndonesiaIndonésia. Penolakan terhadap pemerintahan IndonesiaIndonésia menimbulkan aktivitas-aktivitas gerilya berskala kecil pada tahun-tahun berikutnya setelah perpindahan kekuasaan tersebut. Dalam atmosfer yang lebih terbuka setelah 1998, pernyataan-pernyataan yang lebih eksplisit yang menginginkan kemerdekaan dari IndonesiaIndonésia telah muncul.
 
=== Timor Timur ===
Larik 180:
Dari [[1596]] hingga [[1975]], Timor Timur adalah sebuah jajahan Portugis di pulau Timor yang dikenal sebagai [[Timor Portugis]] dan dipisahkan dari pesisir utara Australia oleh [[Laut Timor]]. Akibat [[Revolusi Anyelir|kejadian politis di Portugal]], pejabat Portugal secara mendadak mundur dari Timor Timur pada 1975. Dalam pemilu lokal pada tahun 1975, [[Fretilin]], sebuah partai yang dipimpin sebagian oleh orang-orang yang membawa paham [[Marxisme]], dan [[UDT]], menjadi partai-partai terbesar, setelah sebelumnya membentuk aliansi untuk mengkampanyekan kemerdekaan dari Portugal.
 
Pada [[7 Desember]] [[1975]], pasukan IndonesiaIndonésia masuk ke Timor Timur. IndonesiaIndonésia, yang mempunyai dukungan material dan diplomatik, dibantu peralatan persenjataan yang disediakan Amerika Serikat dan Australia, berharap dengan memiliki Timor Timur mereka akan memperoleh tambahan cadangan minyak dan gas alam, serta lokasi yang strategis.
 
Pada masa-masa awal, pihak militer IndonesiaIndonésia ([[ABRI]]) membunuh hampir 200.000 warga Timor Timur — melalui pembunuhan, pemaksaan kelaparan dan lain-lain. Banyak pelanggaran [[HAM]] yang terjadi saat Timor Timur berada dalam wewengkon IndonesiaIndonésia.
 
Pada [[30 Agustus]] [[1999]], rakyat Timor Timur memilih untuk memisahkan diri dari IndonesiaIndonésia dalam
sebuah pemungutan suara yang diadakan [[PBB]]. Sekitar 99% penduduk yang berhak memilih turut serta; 3/4-nya memilih untuk merdeka. Segera setelah hasilnya diumumkan, dikabarkan bahwa pihak militer IndonesiaIndonésia melanjutkan pengrusakan di Timor Timur, seperti merusak [[infrastruktur]] di daerah tersebut.
 
Pada Oktober 1999, [[MPR]] membatalkan dekrit 1976 yang mengintegrasikan Timor Timur ke wewengkon IndonesiaIndonésia, dan Otorita Transisi PBB (UNTAET) mengambil alih tanggung jawab untuk memerintah Timor Timur sehingga kemerdekaan penuh dicapai pada Mei [[2002]] sebagai nagara [[Timor Leste]].
 
=== Krisis ékonomi ===
Larik 193:
[[Berkas:Suharto resigns.jpg|right|thumb|300px|Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya didampingi B.J. Habibie.]]
 
Pada pertengahan 1997, IndonesiaIndonésia diserang krisis keuangan dan ékonomi Asia (untuk lebih jelas lihat: [[Krisis finansial Asia]]), disertai [[kemarau]] terburuk dalam 50 tahun terakhir dan harga minyak, gas dan komoditas ekspor lainnya yang semakin jatuh. [[Rupiah]] jatuh, inflasi meningkat tajam, dan perpindahan modal dipercepat. Para demonstran, yang awalnya dipimpin para mahasiswa, meminta pengunduran diri Soeharto. Di tengah gejolak kemarahan massa yang meluas, serta ribuan mahasiswa yang [[Pendudukan Gedung DPR/MPR|menduduki gedung DPR/MPR]], Soeharto mengundurkan diri pada [[21 Mei]] [[1998]], tiga bulan setelah MPR melantiknya untuk masa bakti ketujuh. Soeharto kemudian memilih sang Wakil Presiden, [[B. J. Habibie]], untuk menjadi presiden ketiga IndonesiaIndonésia.
 
== Era reformasi ==
 
{{utama|IndonesiaIndonésia: Era Reformasi}}
 
=== Pemerintahan Habibie ===
Larik 207:
Pemilu untuk MPR, DPR, dan DPRD diadakan pada [[7 Juni]] [[1999]]. [[PDI Perjuangan]] pimpinan putri Soekarno, [[Megawati Sukarnoputri]] keluar menjadi pemenang pada pemilu parlemen dengan mendapatkan 34% dari seluruh suara; [[Golkar]] (partai Soeharto - sebelumnya selalu menjadi pemenang pemilu-pemilu sebelumnya) memperoleh 22%; [[Partai Persatuan Pembangunan]] pimpinan [[Hamzah Haz]] 12%; [[Partai Kebangkitan Bangsa]] pimpinan [[Abdurrahman Wahid]] (Gus Dur) 10%. Pada Oktober [[1999]], MPR melantik Abdurrahman Wahid sebagai presiden dan Megawati sebagai wakil presiden untuk masa bakti 5 tahun. Wahid membentuk kabinet pertamanya, [[Kabinet Persatuan Nasional]] pada awal November 1999 dan melakukan ''reshuffle'' kabinetnya pada Agustus [[2000]].
 
Pemerintahan Presiden Wahid meneruskan proses demokratisasi dan perkembangan ékonomi di bawah situasi yang menantang. Di samping ketidakpastian ékonomi yang terus berlanjut, pemerintahannya juga menghadapi konflik antar etnis dan antar agama, terutama di [[Aceh]], [[Maluku]], dan [[Papua]]. Di [[Timor Barat]], masalah yang ditimbulkan rakyat Timor Timur yang tidak mempunyai tempat tinggal dan kekacauan yang dilakukan para militan Timor Timur pro-IndonesiaIndonésia mengakibatkan masalah-masalah kemanusiaan dan sosial yang besar. MPR yang semakin memberikan tekanan menantang kebijakan-kebijakan Presiden Wahid, menyebabkan perdebatan politik yang meluap-luap.
 
=== Pemerintahan Megawati ===
Larik 215:
=== Pemerintahan Yudhoyono ===
 
Pada [[2004]], pemilu satu hari terbesar di dunia diadakan dan [[Susilo Bambang Yudhoyono]] tampil sebagai presiden baru IndonesiaIndonésia. Pemerintah baru ini pada awal masa kerjanya telah menerima berbagai cobaan dan tantangan besar, seperti [[Gempa bumi Samudra Hindia 2004|gempa bumi besar di Aceh dan Nias]] pada Desember 2004 yang meluluh lantakkan sebagian dari Aceh serta [[gempa bumi Sumatra Maret 2005|gempa bumi lain pada awal 2005]] yang mengguncang Sumatra.
 
Pada [[17 Juli]] [[2005]], sebuah kesepakatan bersejarah berhasil dicapai antara pemerintah IndonesiaIndonésia dengan [[Gerakan Aceh Merdeka]] yang bertujuan mengakhiri konflik berkepanjangan selama 30 tahun di wewengkon [[Aceh]].
 
== Catatan kaki ==
Larik 224:
 
=== Lihat pula ===
* [[Sejarah nama IndonesiaIndonésia]]
* [[Sejarah Lembaga Kepresidenan IndonesiaIndonésia]]
 
=== Sumber dan bacaan lebih lanjut ===
* {{en}} [http://www.asianscholarship.org/ejourn/articles/soh_byungkuk.doc Ideals without Heat: IndonesiaIndonésia Raya and the Struggle for Independence in Malaya, 1920-1948]
* {{en}} Ricklefs, M.C. 2001. ''A history of modern IndonesiaIndonésia since c.1200''. Stanford: Stanford University Press. ISBN 0-8047-4480-7
* {{en}} Taylor, Jean Gelman. 2003. ''IndonesiaIndonésia: Peoples and histories''. New Haven: Yale University Press. ISBN 0-300-09709-3
* {{en}} Schwarz, Adam. 1994. ''A Nation in Waiting: IndonesiaIndonésia's Search for Stability''. 2nd Edition. St Leonards, NSW : Allen & Unwin.
* {{en}} Sebagian isi artikel ini berasal dari ''Library of Congress''.
* {{id}} Sunanto Musyrifah. ''Sejarah Peradaban Islam indonesia, 2005, Rajawali Press, hal. 8-9.
Larik 240:
* {{en}} [http://www.gimonca.com/sejarah/sejarah.shtml]; alur wektu jroning sajarah indonesia
 
{{Sajarah provinsi IndonesiaIndonésia}}
 
[[Kategori:Sajarah IndonesiaIndonésia| ]]
 
[[bn:ইন্দোনেশিয়া#ইতিহাস]]