Naraguna:Bennylin/Kesalahan

Jenis-jenis kesalahan siswa dalam menulis dua paragraf berhuruf Jawa pada siswa kelas X MIPA 1 Semester 1 SMA Negeri 1 Cipari meliputi 3 tataran, yaitu:

  1. kesalahan tataran fonologis meliputi kesalahan dalam menulis huruf legena, kesalahan dalam menulis sandhangan (sandhangan swara, panyigeg wanda, wyanjana, dan pangkon) beserta letaknya, dan kesalahan dalam menulis panjingan;
  2. kesalahan tataran morfologis meliputi kesalahan dalam menulis pasangan, kesalahan dalam menulis ater-ater anuswara, dan kesalahan dalam menulis panambang; dan
  3. kesalahan tataran sintaksis yaitu kesalahan dalam menulis tanda baca.

Jenis-jenis kesalahan tataran tersebut akan dipaparkan sebagai berikut.

Jenis Kesalahan pada Tataran Fonologis

besut

Tataran fonologis meliputi kesalahan penulisan huruf legena, penulisan sandhangan (sandhangan swara, panyigeg wanda, wyanjana dan pangkon) beserta letaknya dan penulisan panjingan. Masing-masing kesalahan akan dipaparkan di bawah ini.

Penulisan Huruf Legena

besut

Pada penulisan huruf legena hampir semua siswa yang mengikuti tes menulis huruf Jawa keliru dalam menuliskan huruf legena yang bentuknya yang hampir sama. Contoh pada penulisan kata bapak siswa menulisnya menggunakan huruf tha ꦛ seperti ini ꦛꦥꦏ꧀ yang seharusnya menggunakan huruf ba ꦧ seperti ini ꦧꦥꦏ꧀ .

Penulisan Sandhangan Beserta Letaknya

besut

Kesalahan penulisan sandhangan meliputi kesalahan penulisan sandhangan swara, panyigeg wanda, wyanjana, dan sandhangan pangkon. Masing-masing kesalahan diuraikan sebagai berikut.

Kesalahan Penulisan Sandhangan Swara

besut

Kesalahan penulisan sandhangan swara terdapat 6 kategori kesalahan, yaitu:

(1) Kesalahan penghilangan sandhangan suku dan wulu. Pada penulisan ini hampir semua siswa yang mengikuti tes menulis huruf Jawa dalam menulis kata kula dan ing menghilangkan sandhangan suku dan wulu. Wujud kesalahan siswa pada penulisan kata kula yaitu ꦏꦭ yang seharusnya menggunakan suku seperti ini ꦏꦸꦭ dan pada penulisan kata ing yaitu ꦲꦁ yang seharusnya menggunakan wulu seperti ini ꦲꦶꦁ .

(2) Kesalahan penambahan sandhangan taling tarung. Hampir semua siswa yang mengikuti tes menulis huruf Jawa menambahkan sandhangan taling tarung pada penulisan kata pala seperti ini ꦥꦺꦴꦭꦺꦴ yang seharusnya tanpa taling tarung seperti ini ꦥꦭ .

(3) Kesalahan sandhangan taling ditulis pepet. Bisa dikatakan hampir semua siswa yang mengikuti tes menulis huruf Jawa mengalami kesalahan pada penulisan sandhangan taling yang seharusnya ditulis sandhangan pepet. Contoh pada penulisan kata jejer ꦗꦼꦗꦼꦂ yang seharusnya menggunakan sandhangan taling seperti ini ꦗꦺꦗꦺꦂ.

(4) Kesalahan sandhangan pepet ditulis taling. Bisa dikatakan hampir semua siswa yang mengikuti tes menulis huruf Jawa mengalami kesalahan pada penulisan sandhangan pepet yang seharusnya menggunakan sandhangan taling. Contoh pada penulisan kata sedhekah ꦱꦺꦝꦼꦏꦃ yang seharusnya menggunakan pepet seperti ini ꦱꦼꦝꦼꦏꦃ.

(5) Kesalahan penggunaan nga-lelet dan pa-cerek. Bisa dikatakan hampir semua siswa yang mengikuti tes menulis huruf Jawa mengalami kesalahan dalam menuliskan aksara re dan le karena tidak menggunakan pa-cerek dan nga-lelet. Contoh pada penulisan kata resik siswa menulisnya huruf ra dipepet ​ꦫꦼ yang seharusnya menggunakan pa-cerek seperti ini ꦉꦱꦶꦏ꧀ dan pada penulisan kata lepet siswa menulisnya huruf la dipepet ꦭꦼꦥꦼꦠ꧀ yang seharusnya menggunakan nga-lelet seperti ini ꦊꦥꦼꦠ꧀ .

(6) Kesalahan penulisan sandhangan pepet dan letaknya. Bisa dikatakan hampir semua siswa yang mengikuti tes menulis huruf Jawa mengalami kesalahan pada penulisan letak sandhangan pepet bersama dengan sandhangan cecak. Contoh pada penulisan kata ambeng siswa menulisnya sandhangan pepet berjejer dengan sandhangan cecak yang seharusnya sandhangan cecak berada di dalam sandhangan pepet. Wujud kesalahan siswa dalam menulis kata ambeng yaitu [꧆꧆꧆] Adapun penulisan kata ambeng yang benar adalah ꦲꦩ꧀ꦧꦼꦁ .

Kesalahan Penulisan Sandhangan Panyigeg Wanda

besut

Kesalahan penulisan sandhangan panyigeg wanda ada 2 kategori kesalahan, yaitu:

(1) Kesalahan penghilangan sandhangan layar. Bisa dikata hampir semua siswa yang mengikuti tes menulis huruf Jawa mengalami kesalahan dalam menulis yang menggunakan sandhangan layar. Contoh pada penulisan kata bubur siswa menulisnya tanpa sandhangan layar ꦧꦸꦧꦸ yang seharusnya menggunakan layar seperti ini ꦧꦸꦧꦸꦂ.

(2) Kesalahan penggunaan sandhangan wignyan. Bisa dikatakan hampir semua siswa yang mengikuti tes menulis huruf Jawa mengalami kesalahan dalam menulis yang menggunkan sandhangan wignyan. Contoh pada penulisan kata rawuh siswa menulisnya tidak menggunakan sandhangan wignyan akan tetapi menggunakan huruf ha dipangkon ꦫꦮꦸꦲ꧀ . Adapun penulisan kata rawuh yang benar adalah ꦫꦮꦸꦃ.

Kesalahan Penulisan Sandhangan Wyanjana

besut

Kesalahan penulisan sandhangan wyanjana ada 3 kategori kesalahan, yaitu sebagai berikut.

(1) Kesalahan penggunaan sandhangan pengkal. Bisa dikatakan hampir semua siswa yang mengikuti tes menulis huruf Jawa mengalami kesalahan pada penggunaan sandhangan pengkal. Contoh pada penulisan kata kyai siswa menulisnya tidak menggunakan sandhangan pengkal akan tetapi menggunakan huruf legena ka dipasangi ya. Wujud kesalahan siswa dalam menulis kata kyai yaitu ꦏ꧀ꦪꦲꦶ. Adapun penulisan kata kyai yang benar adalah ꦏꦾꦲꦶ.

(2) Kesalahan penggunaan sandhangan keret. Bisa dikatakan hampir semua siswa yang mengikuti tes menulis huruf Jawa mengalami kesalahan pada penggunaan sandhangan keret. Contoh pada penulisan kata brekat siswa menulisnya huruf legena ba dipepet kemudian dipasangi ra. Wujud kesalahan siswa dalam menulis kata brekat yaitu ꦧ꧀ꦫꦼꦏꦠ꧀ . Adapun penulisan kata brekat yang benar adalah ꦧꦽꦏꦠ꧀ .

(3) Kesalahan penggunaan sandhangan cakra. Bisa dikatakan hampir sebagian siswa yang mengikuti tes menulis huruf Jawa mengalami kesalahan dalam penggunaan sandhangan cakra. Contoh pada penulisan kata bebrayan siswa menulisnya menggunakan huruf legena ba dipasangi ra. Wujud kesalahan siswa dalam penulisan kata bebrayan yaitu ꦧꦼꦧ꧀ꦫꦪꦤ꧀ . Adapun penulisan kata bebrayan yang benar adalah ꦧꦼꦧꦿꦪꦤ꧀ .

Kesalahan Penulisan Sandhangan Pangkon

besut

Bisa dikatan hampir sebagian siswa yang mengikuti tes menulis huruf Jawa mengalami kesalahan dalam penggunakan sandhangan pangkon. Contoh pada penulisan kata slametan siswa menulisnya tidak menggunakan sandhangan pangkon ꦱ꧀ꦭꦩꦼꦠ꧀ꦠꦤ yang seharusnya menggunakan pangkon seperti ini ꦱ꧀ꦭꦩꦼꦠ꧀ꦠꦤ꧀ .

Kesalahan Penulisan Panjingan

besut

Bisa dikatakan hampir semua siswa yang mengikuti tes menulis huruf Jawa mengalami kesalahan dalam penulisan panjingan. Contoh pada penulisan panjingan la pada kata kemis kliwon. Siswa dalam menulis kata kemis kliwon setelah kata kemis tidak menggunakan pangkon akan tetapi tumpuk tiga. Tulisan siswa pada kata kemis kliwon yang salah yaitu ꦏꦼꦩꦶꦱ꧀ꦏ꧀ꦭꦶꦮꦺꦴꦤ꧀ . Adapun penulisan kata kemis kliwon yang benar adalah ꦏꦼꦩꦶꦱ꧀​ꦏ꧀ꦭꦶꦮꦺꦴꦤ꧀ .

(Catatan: Tergantung dari fon yang Anda gunakan di perangkat Anda, Anda mungkin tidak dapat melihat panjingan tumpuk tiga pada contoh yang pertama ꦏꦼꦩꦶꦱ꧀ꦏ꧀ꦭꦶꦮꦺꦴꦤ꧀ )

Jenis Kesalahan pada Tataran Morfologis

besut

Tataran fonologis meliputi kesalahan penulisan pasangan, penulisan ater-ater anuswara dan penulisan panambang. Masing-masing kesalahan akan dipaparkan di bawah ini.

Kesalahan Penulisan Pasangan

besut

Bisa dikatakan hampir semua siswa yang mengikuti tes menulis huruf Jawa mengalami kesalahan dalam penulisan pasangan. Contoh pada penulisan kata pendhem. Siswa dalam menulis ketiga kata tersebut tidak menggunakan pasangan, akan tetapi menggunakan huruf legena. Pada kata pendhem menggunakan huruf legena dha. Tulisan siswa pada kata pendhem yang salah yaitu ꦥꦼꦤ꧀ꦢꦼꦩ꧀ . Adapun penulisan kata pendhem yang benar adalah ꦥꦼꦤ꧀ꦝꦼꦩ꧀ .

Kesalahan Penulisan Ater-ater Anuswara

besut

Bisa dikatakan hampir sebagian siswa yang mengikuti tes menulis huruf Jawa mengalami kesalahan dalam menuliskan ater-ater anuswara. Contoh pada penulisan kata mbekta. Jika kata mbekta ditulis ke dalam huruf Jawa maka ater- ater ꦲꦩ꧀ tidak luluh. Tulisan siswa yang salah ketika menulis kata mbekta yaitu ꦩ꧀ꦧꦼꦏ꧀ꦠ . Adapun penulisan kata mbekta yang benar adalah ꦲꦩ꧀ꦧꦼꦏ꧀ꦠ .

Kesalahan Penulisan Akhiran/Panambang

besut

Kesalahan penulisan akhiran/panambang (-i, -an, -aken, dan -ipun) akan dijelaskan satu persatu sebagai berikut.

(1) Hampir sebagian siswa yang mengikuti tes menulis huruf Jawa mengalami kesalahan dalam menuliskan panambang –i dengan suku kata terbuka. Contoh pada penulisan kata dipunpandhegani, yang berasal dari kata dipunpandhegan mendapat akhiran -an. Jika kata dipunpandhegani ditulis ke dalam huruf Jawa bila bersambung dengan suku kata terbuka, mendapat akhiran –an (ꦲꦤ꧀), maka penulisannya memakai pasangan N . Tulisan siswa yang salah ketika menulis kata dipunpandhegani yaitu ꦢꦶꦥꦸꦤ꧀ꦥꦤ꧀ꦝꦼꦒꦤꦶ. Adapun penulisan kata dipunpandhegani yang benar adalah ꦢꦶꦥꦸꦤ꧀ꦥꦤ꧀ꦝꦼꦒꦤ꧀ꦤꦶ.

(2) Hampir semua siswa yang mengikuti tes menulis huruf Jawa mengalami kesalahan dalam menuliskan panambang –i dengan suku kata tertutup. Contoh pada penulisan kata dhawuhi yang berasal dari kata dhawuh mendapatkan akhiran –i. Jika kata dhawuhi ditulis ke dalam huruf Jawa bila bersambung dengan suku kata tertutup, huruf a -nya menjadi seperti huruf penutupnya. Wujud tulisan siswa pada kata dhawuhi yang salah yaitu ꦝꦮꦸꦲꦶ . Adapun penulisan kata dhawuhi yang benar adalah ꦝꦮꦸꦃꦲꦶ.

(3) Hampir sebagian siswa yang mengikuti tes menulis huruf Jawa mengalami kesalahan dalam menuliskan akhiran –an yang bersambung dengan suku tertutup (sigeg). Contoh pada penulisan kata kendurenan. Jika kata kendurenan ditulis ke dalam huruf Jawa bila bersambung dengan suku kata tertutup (sigeg), huruf a –nya berubah menjadi seperti huruf penutupnya (sigeg- nya). Wujud kesalahan siswa pada penulisan kata kendurenan yaitu ꦏꦼꦤ꧀ꦢꦸꦫꦺꦤꦤ꧀ . Adapun penulisan kata kendurenan yang benar adalah ꦏꦼꦤ꧀ꦢꦸꦫꦺꦤ꧀ꦤꦤ꧀ .

(4) Hampir sebagian siswa yang mengikuti tes menulis huruf Jawa mengalami kesalahan dalam menuliskan panambang –aken dengan suku kata tertutup. Contoh pada penulisan kata dipuntitipaken, yang berasal dari kata dipuntitip + aken. Jika kata dipuntitipaken ditulis ke dalam huruf Jawa bila bersambung dengan suku kata tertutup (sigeg), huruf a -nya berubah menjadi seperti huruf penutupnya. Tulisan siswa yang salah ketika menulis kata dipuntitipaken yaitu ꦢꦶꦥꦸꦤ꧀ꦠꦶꦠꦶꦥꦏꦼꦤ꧀ . Adapun penulisan kata dipuntitipaken yang benar adalah ꦢꦶꦥꦸꦤ꧀ꦠꦶꦠꦶꦥ꧀ꦥꦏꦼꦤ꧀ .

(5) Hampir semua siswa yang mengikuti tes menulis huruf Jawa mengalami kesalahan dalam menuliskan panambang –ipun dengan suku kata tertutup. Contoh pada penulisan kata brekatipun, yang berasal dari kata brekat mendapatkan akhiran –ipun. Jika kata brekatipun ditulis ke dalam huruf Jawa bila bersambung dengan suku kata tertutup (sigeg), a -nya berubah menjadi seperti huruf penutupnya. Wujud kesalahan siswa pada penulisan kata brekatipun yaitu ꦧꦽꦏꦠꦶꦥꦸꦤ꧀ . Adapun penulisan kata brekatipun yang benar adalah ꦧꦽꦏꦠ꧀ꦠꦶꦥꦸꦤ꧀ .

Jenis Kesalahan pada Tataran Sintaksis

besut

Bisa dikatakan hampir semua siswa yang mengikuti tes menulis huruf Jawa mengalami kesalahan dalam penulisan tanda baca, yaitu pada penulisan adeg- adeg, pada lungsi, pada lingsa, dan pada pangkat. Contoh pada penulisan judul tidak menggunakan adeg-adeg dan pada lungsi [꧆꧆꧆] kemudian judul menggunakan pada pangkat [꧆꧆꧆] adapun penulisan judul yang benar adalah [꧆꧆꧆] . Contoh selanjutnya penulisan awal paragraf tidak menggunakan adeg-adeg ꦱꦱꦶꦱꦸꦫ --- yang seharusnya menggunakan adeg-adeg seperti ini ꧋ꦱꦱꦶꦱꦸꦫ --- dan contoh terakhir kesalahan setelah pangkon menggunakan pada lungsi ꦱ꧀ꦭꦩꦼꦠ꧀ꦠꦤ꧀꧉ yang seharsunya cukup menggunakan pada lingsa sudah berarti titik seperti ini ꦱ꧀ꦭꦩꦼꦠ꧀ꦠꦤ꧀꧈ .

Faktor Penyebab Kesalahan Siswa

besut

Kelas X SMA Negeri 1 Cipari dalam Pembelajaran Menulis Huruf Jawa

Hasil analisis angket dan tes faktor penyebab kesalahan siswa dalam pembelajaran menulis huruf Jawa disebabkan 6 faktor yaitu:

1) Siswa kesulitan membedakan bentuk yang hampir sama (baik huruf legena maupun pasangan) Berdasarkan hasil jawaban responden pada instrumen angket dan hasil tes siswa kesulitan membedakan huruf legena maupun pasangan karena bentuknya hampir sama, jadi ketika mereka akan menuliskan huruf legena maupun pasangan yang bentuknya hampir sama sering tertukar satu sama lain, sebagai contoh pada huruf ba ꦧ dengan ꦛ dan pada pasangan la [꧀ꦭ] dengan pasangan ha [꧀ꦲ]. Contoh pada penulisan kata bapak siswa menulisnya menggunakan huruf tha ꦛꦥꦏ꧀ yang seharusnya menggunakan huruf ba seperti ini ꦧꦥꦏ꧀ kemudian pada penulisan kata slametan siswa menulisnya menggunakan pasangan ha ꦱ꧀ꦲꦩꦼꦠ꧀ꦠꦤ꧀ yang seharusnya menggunakan sandhangan la seperti ini ꦱ꧀ꦭꦩꦼꦠ꧀ꦠꦤ꧀ .

2) Siswa kesulitan membedakan lafal (ѐ) dan laafal (e) pada sandhangan taling dan sandhangan pepet Berdasarkan hasil jawaban responden pada instrumen angket dan hasil tes siswa kesulitan membedakan fungsi lafal (ѐ) dan lafal (e) pada sandhangan taling dan sandhangan pepet karena siswa belum paham membedakan bentuk dan fungsi dari sandhangan taling dan sandhangan pepet sehingga sering tertukar ketika menulis huruf Jawa yang menggunakan kedua sandhangan tersebut. Sebagai contoh pada penulisan kata sedhekah siswa menulisnya menggunakan sandhangan taling ꦱꦺꦝꦼꦏꦃ yang seharusnya menggunakan sandhangan pepet seperti ini ꦱꦼꦝꦼꦏꦃ kemudian pada penulisan kata tempe menggunakan sandhangan pepet ꦠꦼꦩ꧀ꦥꦼ yang seharusnya menggunakan sandhangan taling seperti ini ꦠꦺꦩ꧀ꦥꦺ .

3) Siswa belum hafal dan belum memahami kaidah sandhangan cakra dan sandhangan keret Berdasarkan hasil jawaban responden pada instrumen angket dan hasil tes siswa belum hafal dan belum memahami kaidah sandhangan cakra dan sandhangan keret karena siswa belum hafal dan belum bisa memahami fungsi dari kedua sandhangan tersebut sehingga ketika menulis huruf Jawa yang seharusnya menggunakan kedua sandhangan tersebut mereka tidak menggunakannya. Sebagai contoh pada penulisan kata bebrayan siswa menulisnya tidak menggunakan sandhangan cakra akan tetapi menggunakan huruf ba dipasangi ra pada penulisan kata bebrayan ꦧꦼꦧ꧀ꦫꦪꦤ꧀ yang seharusnya seperti ini ꦧꦼꦧꦿꦪꦤ꧀ dan pada penulisan kata brekat siswa menulisnya huruf ba [dipasangi ra] kemudian [dipepet] ꦧ꧀ꦫꦼꦏꦠ꧀ yang seharusnya seperti ini ꦧꦽꦏꦠ꧀ .

4) Siswa kesulitan membedakan fungsi tanda baca pada lungsi dan fungsi tanda baca pada lingsa Berdasarkan hasil jawaban responden pada instrumen angket dan hasil tes siswa kesulitan membedakan fungsi tanda baca pada lungsi dan pada lingsa karena siswa belum tau fungsi dari masing-masing tanda baca tersebut dan siswa belum bisa membedakan kedua tanda baca tersebut sehingga ketika menulis huruf Jawa yang menggunakan kedua tanda baca tersebut sering tertukar satu sama lain. Sebagai contoh pada penulisan kata slametan setelah pangkon menggunakan pada lungsi ꦱ꧀ꦭꦩꦼꦠ꧀ꦠꦤ꧀꧉ yang seharusnya setelah pangkon cukup menggunakan pada lingsa yang sudah berarti titik seperti ini ꦱ꧀ꦭꦩꦼꦠ꧀ꦠꦤ꧀꧈ .

5) Siswa belum memahami kaidah nga- lelet dan pa-cerek Berdasarkan hasil jawaban responden pada instrumen angket dan hasil tes siswa belum memahami nga-lelet dan pa-cerek karena siswa belum paham dan mengerti akan fungsi nga-lelet dan pa-cerek sehingga dalam menulis huruf Jawa yang seharusnya menggunakan na-lelet dan pa- cerek mereka tetap menggunakan huruf legena dipepet. Sebagai contoh pada penulisan kata lepet siswa menulisnya menggunakan huruf la dipepet ꦭꦼꦥꦼꦠ꧀ yang seharusnya menggunakan nga-lelet seperti ini ꦊꦥꦼꦠ꧀ dan pada penulisan kata resik siswa menulisnya menggunakan huruf ra dipepet ꦫꦼꦱꦶꦏ꧀ yang seharusnya menggunakan pa-cerek seperti ini ꦉꦱꦶꦏ꧀ .

6) Siswa belum memahami kaidah sandhangan wignyan, layar, cecak, dan suku kata yang berakhiran pangkon Berdasarkan hasil jawaban responden pada instrumen angket dan hasil tes siswa belum memahami fungsi sandhangan wignyan, layar, cecak, dan suku kata yang berakhiran pangkon karena siswa belum paham penempatan sandhangan wignyan, layar, cecak, dan pangkon sehingga ketika menulis huruf Jawa yang berkonsonan akhir h, ng, dan r dengan suku kata yang harus dipangkon sering terjadi keliru dan tertukar-tukar satu sama lain. Sebagai contoh pada punulisan kata lawuh siswa menulisnya menggunakan huruf ha dipangkon ꦭꦮꦸꦲ꧀ yang seharusnya menggunakan sandhangan wignyan seperti ini ꦭꦮꦸꦃ. Selanjutnya pada penulisan kata bubur siswa menulisnya menggunakan huruf ra dipangkon ꦧꦸꦧꦸꦫ꧀ yang seharusnya menggunakan sandhangan layar seperti ini ꦧꦸꦧꦸꦂ kemudian pada penulisan kata ambeng siswa menulisnya mengunakan huruf nga dipangkon ꦲꦩ꧀ꦧꦼꦔ꧀ yang seharusnya menggunakan sandhangan cecak seperti ini ꦲꦩ꧀ꦧꦼꦁ dan contoh pada penulisan kata dhusun tidak menggunakan pangkon ꦝꦸꦱꦸꦤ yang seharusnya menggunakan pangkon untuk sigeg kata terakhir seperti ini ꦝꦸꦱꦸꦤ꧀ .