Parembugan:Labuhan
Perbedaan Labuhan
besutMaaf kalau menggunakan bahasa Indonesia.
Seharusnya, kita harus bisa membedakan beberapa labuhan yang ada: Labuhan Ageng, Labuhan Alit, Labuhan Hondodento, dan Labuhan Saptosari.
1. Labuhan Keraton Yogyakarta
Labuhan Keraton Yogyakarta ada dua: labuhan ageng dan labuhan alit.
Upacara labuhan dilakukan di empat tempat yang dipercaya sebagai tempat-tempat pelindung bagi keberadaan Keraton Yogyakarta. Tempat-tempat yang digunakan itu antara lain: Gunung Lawu (Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah), Kahyangan Dlepih (Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah), Gunung Merapi serta Pantai Parangkusumo (keduanya berada di wilayah administrasi Daerah Istimewa Yogyakarta). Keempat tempat tersebut digunakan oleh Keraton Yogyakarta jika melaksanakan labuhan ageng. Labuhan ageng sendiri dilakukan setiap delapan tahun sekali (sewindu) menurut perhitungan penanggalan kalender tahun Saka. Sementara itu, jika Keraton Yogyakarta melaksanakan labuhan alit, yaitu labuhan yang dilaksanakan sekali setiap tahun, dilaksanakan di tiga tempat, yaitu Gunung Merapi, Pantai Parangkusumo, dan Gunung Lawu.
Sumber: Titi Mumfangati dan Sumarno (2015). Upacara Labuhan Keraton Yogyakarta di Gunung Merapi dan Pantai Parangkusumo: Kajian dan Perekaman Warisan Budaya Takbenda. Yogyakarta: Direktorat Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta.
2. Labuhan Hondodento
Sementara itu, Labuhan Hondodento dilaksanakan oleh anggota Yayasan Hondodento di Pantai Parangkusumo setiap tanggal 15 Sura. Pakaian tradisional yang digunakan berwarna serba biru.
Sumber: Pengurus Pusat Yayasan Hondodento (2004). Perjalanan Yayasan Hondodento. Yogyakarta: Kelompok Malam Seton (Yogyakarta). Buku hanya bisa diakses di Museum Padepokan Sumber Karahayon.
3. Labuhan Saptosari
Labuhan Saptosari dilaksanakan masyarakat di sekitar Saptosari, Gunungkidul.
Sumber: Noor Sulistyobudi, dkk (2013). Upacara Adat. Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta.