Orde Baru: Béda antara owahan
Konten dihapus Konten ditambahkan
c éjaan, replaced: pemerintah → pamaréntah (5), Pemerintah → Pamaréntah using AWB |
éjaan using AWB |
||
Larik 17:
<!--
Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan ékonomi sebagai tujuan utamanya dan menempuh kebijakannya melalui struktur administratif yang didominasi militer namun dengan naséhat dari ahli ékonomi didikan [[dunia Barat|Barat]]. [[DPR]] dan [[MPR]] tidak berfungsi secara efektif. Anggotanya bahkan seringkali dipilih dari kalangan militer, khususnya mereka yang dekat dengan [[Cendana]]. Hal ini mengakibatkan aspirasi rakyat sering kurang didengar oleh pusat. Pembagian [[Pendapatan Asli
Soeharto siap dengan konsep pembangunan yang diadopsi dari seminar [[Seskoad]] II 1966 dan konsep akselerasi pembangunan II yang diusung [[Ali Moertopo]]. Soeharto merestrukturisasi politik dan ékonomi dengan dwitujuan, bisa tercapainya stabilitas politik pada satu sisi dan pertumbuhan ékonomi di pihak lain. Dengan ditopang kekuatan [[Golkar]], [[TNI]], dan lembaga pemikir serta dukungan kapital internasional, Soeharto mampu menciptakan sistem politik dengan tingkat kestabilan politik yang tinggi.
Larik 34:
=== Perpecahan bangsa ===
Di masa Orde Baru pamaréntah sangat mengutamakan persatuan bangsa Indonésia. Setiap hari media massa seperti [[radio]] dan [[televisi]] mendengungkan slogan "persatuan dan kesatuan bangsa". Salah satu cara yang dilakukan oleh pamaréntah adalah meningkatkan [[transmigrasi]] dari
Pada awal [[Indonésia: Era Reformasi|Era Reformasi]] konflik laten ini meledak menjadi terbuka antara lain dalam bentuk [[konflik Ambon]] dan [[konflik Madura-Dayak]] di Kalimantan.<ref>[http://www.kompas.com/kompas-cetak/0104/12/
-->
Larik 55:
== Kakurangan Sistem Pamaréntahan Orde Baru ==
* semaraké [[korupsi]], [[kolusi]], [[nepotisme]]
* pembangunan Indonésia sing ora warata lan kesenjangan pembangunan antara pusat lan
* munculé rasa ora marem ing sawetara
* kecemburuan antara
* tambahé kasenjangan sosial (sugih mlarat)
* kritik dibungkem lan oposisi diharamaké
|