Naraguna:Wirjadisastra/bak wedhi: Béda antara owahan
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tanpa ringkesan besutan |
|||
Larik 53:
== Taksonomi dan asal-usul ==
Tengkorak-tengkorak ini dibawa ke [[Rijksmuseum van Natuurlijke Historie|Museum Nasional Sejarah Alam]] di [[Leiden]], Belanda. Berbagai nama kemudian digunakan oleh komunitas ilmiah untuk spesies banteng, termasuk ''Bos leucoprymnus'', ''Bos banteng'', ''Bos bantinger'', dan ''Bos sondaicus''. Kemudian, [[Dirk Albert Hooijer]] yang bekerja di museum tersebut menyebut bahwa nama yang digunakan d'Alton pada 1823-lah yang merupakan nama pertama yang sah. d'Alton menggunakan nama ''Bibos javanicus'' untuk pejantan yang ia deskripsikan, atau bisa dianggap sebagai ''Bos (Bibos) javanicus'' jika ''Bibos'' adalah [[subgenus]] dari ''Bos''.<ref name=hooijer/><ref name="Pennant 1800 35">{{cite book|title=Outlines of the Globe: The View of the Malyan Isles, New Holland, and the Spicy Islands|last=Pennant|first=T.|authorlink=Thomas Pennant|volume=IV|publisher=Henry Hughes|location=London|date=1800|url={{Google Books|id=F3ZdAAAAcAAJ|page=35|plainurl=yes}} |page=35}}</ref>▼
[[Deskripsi spesies]] banteng pertama kali dilakukan oleh seorang naturalis Jerman [[Joseph Wilhelm Eduard d'Alton]] pada tahun 1823. Nama ''banteng'' yang diserap dari bahasa Jawa ''banthèng'' digunakan sebagai nama umum spesies ini, termasuk dalam bahasa luar Nusantara seperti bahasa Inggris, Prancis, dan Jerman. Nama-nama lokal lain yang digunakan di daerah jangkauan banteng adalah tembadau atau sapi hutan (Melayu), wau daeng (Thai), ngua pha (Laos), dan tsiane (Myanmar). Deskripsi d'Alton berasal dari dua tengkorak yang berasal dari Pulau [[Jawa]] dari seekor pejantan dan seekor betina, tetapi hanya pejantannya yang disebut sebagai banteng oleh d'Alton, sedangkan betinanya ia sebut sebagai sapi liar dari Jawa.
Nama ''Bos leucoprymnus'' diajukan pada 1830, tetapi awalnya ditolak karena dianggap mendeskripsikan persilangan antara banteng dengan seekor sapi ternak; tetapi Hooijer menulis bahwa belum tentu deskripsi tersebut merujuk kepada spesies silang, dan kalaupun benar, nama tersebut tetap sah (sebagai [[Sinonim (taksonomi)|sinonim]]). Namun, nama ini muncul tujuh tahun setelah deskripsi d'Alton sehingga tidak mendapat prioritas. Demikian juga dengan nama ''Bos banteng'' yang tercatat pada 1836 dan ''Bos bantinger'' pada 1845. Dalam revisi deskripsi d'Alton yang dikeluarkan pada 1845, para penulisnya berpendapat bahwa kedua spesimen tersebut adalah sapi liar dan menyebutnya ''Bos sundaicus''. Salah satu kesalahan dalam tulisan ini adalah spesimen betina dianggap sebagai pejantan muda, dan kesalahan ini banyak diikuti tulisan-tulisan selanjutnya.<ref name=hooijer>{{cite journal|last=Hooijer|first=D. A.|authorlink=Dirk Albert Hooijer|title=The valid name of the banteng: ''Bibos javanicus'' (d'Alton)|url=https://www.repository.naturalis.nl/document/149669|pages=223-226|volume=34|issue=14|journal=Zoologische Mededelingen uitgegeven door het Rijksmuseum van Natuurlijke Historie et Leiden (Zoological Notices published by the National Museum of Natural History in Leiden)}}</ref>▼
▲Tengkorak-tengkorak ini dibawa ke [[Rijksmuseum van Natuurlijke Historie|Museum Nasional Sejarah Alam]] di [[Leiden]], Belanda. Berbagai nama kemudian digunakan oleh komunitas ilmiah untuk spesies banteng, termasuk ''Bos leucoprymnus'', ''Bos banteng'', ''Bos bantinger'', dan ''Bos sondaicus''. Kemudian, [[Dirk Albert Hooijer]] yang bekerja di museum tersebut menyebut bahwa nama yang digunakan d'Alton pada 1823-lah yang merupakan nama pertama yang sah. d'Alton menggunakan nama ''Bibos javanicus'' untuk pejantan yang ia deskripsikan, atau bisa dianggap sebagai ''Bos (Bibos) javanicus'' jika ''Bibos'' adalah [[subgenus]] dari ''Bos''.
Jeneng ''Bos leucoprymnus'' diusulaké ing 1830, nanging tau tinulak amarga nelakaké blèsteraning banthèng karo sapi ingon; nanging Hooijer nulisaké yèn durung temtu tetelan mau nelakaké spésies blèsteran, lan yèn ta bener, jeneng mau panggah trep (minangka dasanama). Mangkonoa, jeneng iku tembé njedhul pitung taun sawis tetelaning d'Alton, mula ora katengenaké. Samono uga jeneng Bos banteng kang kacathet ing 1836 lan Bos bantinger ing 1845. Ing révisi tetelaning d'Alton kang kababar ing 1845, para kang nulis panemu yèn spésimèn cacah loro mau minangka sapi alasan, mula njenengi ''Bos sundaicus.'' Salah siji luputing tulisan iku ana ing anggoné nganggep spésies wadon minangka spésies lanang kang isih enom, lan kaluputan mau akèh diturun tulisan-tulisan candhaké.<ref name="hooijer" />
▲Nama ''Bos leucoprymnus'' diajukan pada 1830, tetapi awalnya ditolak karena dianggap mendeskripsikan persilangan antara banteng dengan seekor sapi ternak; tetapi Hooijer menulis bahwa belum tentu deskripsi tersebut merujuk kepada spesies silang, dan kalaupun benar, nama tersebut tetap sah (sebagai [[Sinonim (taksonomi)|sinonim]]). Namun, nama ini muncul tujuh tahun setelah deskripsi d'Alton sehingga tidak mendapat prioritas. Demikian juga dengan nama ''Bos banteng'' yang tercatat pada 1836 dan ''Bos bantinger'' pada 1845. Dalam revisi deskripsi d'Alton yang dikeluarkan pada 1845, para penulisnya berpendapat bahwa kedua spesimen tersebut adalah sapi liar dan menyebutnya ''Bos sundaicus''. Salah satu kesalahan dalam tulisan ini adalah spesimen betina dianggap sebagai pejantan muda, dan kesalahan ini banyak diikuti tulisan-tulisan selanjutnya.
=== Subspesies ===
|